Senin, 14 Februari 2011
PALEMBANG, KOMPAS – Di sejumlah daerah, Perum Bulog mulai membeli gabah dan beras petani. Akan tetapi, di Sumatera Selatan, petani masih enggan menjual beras kepada pemerintah karena harga yang ditetapkan dinilai sangat rendah.
Petani tadah hujan yang juga Ketua Kelompok Tani Sukamaju di Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Semendawai Suku III, Ogan Komering Ulu Timur, Nelson (42), mengatakan, harga pokok penjualan (HPP) beras yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 5.060 per kilogram untuk tahun 2011 ini belum memberi keuntungan pada petani. Selain itu, harga beras di pasaran masih lebih tinggi ketimbang HPP, yaitu sekitar Rp 5.600 per kilogram.
Harga sempat jatuh menjadi Rp 5.200 per kilogram pada perayaan Imlek karena sebagian besar gudang beras tutup dan menghentikan pembelian. Kalau harga di pasar masih lebih tinggi, petani jelas memilih melepas ke pasar, katanya, Minggu (13/2).
Menurut Nelson, dengan kondisi seperti sekarang ini, petani baru memperoleh untung kalau harga beras sekitar Rp 6.000 per kilogram. Hal ini karena biaya produksi beras meningkat akibat cuaca yang tak menentu.
Pada musim tanam terakhir, sekitar September-Oktober 2010, misalnya, sejumlah petani di Desa Cahaya Negeri harus menanam ulang sawah mereka karena penanaman pertama gagal. Tingginya curah hujan pada saat itu membuat tanaman padi muda membusuk terendam air dan harus diganti. Karena harus mengulang menanam padi, panen di Desa Cahaya Negeri terlambat. Seharusnya panen awal Februari, tetapi tahun ini baru bisa akhir Februari, kata Nelson.
Tutup utang
Dari Subang, Jawa Barat, dilaporkan, pada musim panen ini harga gabah keting panen masih bertahan pada kisaran Rp 3.000-Rp 3.400 per kilogram. Karena itu, para petani mengaku dapat membayar utang modal akibat gagal panen musim lalu.
Menurut Katum (55), petani di Desa Peringkasap, Pabuaran, harga di pasar saat ini Rp 3.300 per kilogram kering giling. Itu jauh lebih tinggi daripada harga pemerintah, Rp 2.640.
Dengan hasil panen 2 ton gabah kering panen dari 3.500 meter persegi lahannya dan harga jual gabah Rp 3.300 per kg, Katum mengantongi pendapatan kotor Rp 6,6 juta. Setelah dipotong ongkos produksi sekitar Rp 1 juta, Katum mengaku masih mampu membayar utang produksi musim lalu (MT 2010).
Arman (65), petani di Desa Salamjaya, Kecamatan Pabuaran, menambahkan, hasil panen petani di desanya umumnya lebih baik ketimbang musim lalu. Dengan jumlah panen dan harga jual yang memadahi, petani penggarap bisa melunasi atau mencicil utang di pemilik modal dan kios sarana produksi.
Sementara itu, Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur saat ini sudah menyerap 12.000 ton gabah dari petani. Sejak dua minggu lalu, Bulog membeli dengan harga Rp 2.640 per kilogram. (IRE/MKN/ARA)