Sabtu, 12 Februari 2011
Dakar, Jumat – Tujuan dari kubu antiglobalisasi pernah dianggap sebagai angan-angan kosong. Namun, kini para aktivis antiglobalisasi yakin eksistensi mereka mulai diterima. Persoalannya sekarang, bagaimana gagasan-gagasan mereka bisa diimplementasikan.
Para delegasi dari berbagai dunia berkumpul dalam Forum Sosial Dunia (FSD) pekan ini di Dakar, Senegal. FSD merupakan tandingan bagi Forum Ekonomi Dunia, yang dituduh sebagai perkumpulan kapitalis.
FSD menyatakan, krisis keuangan global telah memperkuat tinjauan terhadap sistem kapitalisme yang didengungkan sejak pertemuan pertama forum itu di Brasil sepuluh tahun lalu.
Forum itu, yang dahulu merupakan pertemuan para aktivis, kelompok-kelompok pinggiran, kini semakin menarik sejumlah presiden. Salah satu tujuan mereka, yaitu penghapusan utang dan pengaturan pasar komoditas pertanian, telah mendapatkan perhatian secara meluas, bahkan memengaruhi kebijakan di sejumlah pemerintahan.
Namun, para aktivis veteran itu kini merasa sangat frustrasi. Dalam forum pertama di Porto Alegre, Brasil, Ekonomi liberal tampak tak terbantahkan, kenang Ibrahima Coulibaly, Ketua Koordinasi Nasional Organisasi-organisasi Petani, di sela-sela forum tahun ini.
Dengan serangkaian krisis keuangan, energi, pangan, dan iklim, orang telah menyadari bahwa sistem sekarang ini gila. Kini gagasan-gagasan kami mulai diterima, tetapi diubah, ujarnya.
Salah satu yang sering disebutkan adalah pemerintah hanya berpura-pura menerima sebagian tuntutan terkemuka mereka. Misalnya, banyak pemerintahan Barat telah ingkar untuk menghapus utang negara-negara miskin, sementara janji untuk menghapuskan negara-negara surga pajak tidak mengalami kemajuan.
Bukan di hotel
Salah satu topik terhangat bagi para aktivis antiglobalisasi masa kini adalah kedaulatan pangan. Topik ini bertujuan memberi petani lokal hak untuk menetapkan apa yang harus ditanam tanpa tekanan perusahaan-perusahaan multinasional.
Eva Joly, anggota parlemen Uni Eropa dari Partai Hijau, mengatakan, sebagian kerja keras telah membuahkan hasil, terutama mengenai perjuangan melawan transfer modal gelap di seluruh dunia. Pemerintah semakin kesulitan mendukung negara-negara surga pajak, kata Joly di Dakar.
Para peserta Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menginap di hotel bintang empat, tetapi peserta Forum Sosial Dunia berkemah di tepi jalan atau menginap di rumah penduduk setempat.
Mereka mengenakan kaus dan celana katun, seperti Luiz Inacio Lula da Silva, mantan Presiden Brasil, yang berbicara kepada massa hari Senin lalu dengan kemeja tak resmi warna putih.
Konferensi selama sepekan itu dimulai hari Minggu lalu dan dihadiri sekitar 300.000 peserta dari 123 negara. Dalam FSD diperdebatkan beragam topik, mulai dari krisis kapitalisme sampai diaspora Afrika. (AFP/AP/DI)
(http://cetak.kompas.com/read/2011/02/12/03235067/kubu.antiglobalisasi.eksis)