Minggu, 13 Februari 2011 – 20:00 wib
BANGKALAN Harga jual gabah di tingkat petani pada musim panen kali ini masih belum memuaskan. Akibatnya, banyak petani yang terpaksa menunda penjualan karena nilai rata-rata jual di bawah standar.
Pantauan di beberapa kalangan petani yang sudah panen, harga gabah masih tergolong murah dan tidak seperti hasil jual yang sebelumnya. Untuk gabah kategori basah sawah, dibeli langsung seusai panen, harganya berkisar antara 2.000 2.500 rupiah per kilogram. Padahal saat panen sebelumnya, sudah mencapai 2.800 rupiah per kilogram.
Sementara harga gabah kering sawah, yang hanya dijemur oleh petani sendiri, bervariasi mulai dari 2.500 3.000 rupiah per kilogram. Untuk harga giling kering lebih banyak ditentukan oleh tengkulak.
Aminah (50), salah satu petani padi di Kampung Skep, Kecamatan Kota Bangkalan, menyatakan, dirinya dan beberapa petani lain lebih memilih menjemur gabah yang baru saja dipanen. Alasannya, harga jual lebih mahal bila sudah kering, dibanding dengan yang gabah yang masih basah.
Sekarang saja setelah dijemur, sudah ada yang mau membeli dan ditawar 3.000 per kilogram. Tapi dibanding dengan hasil panen sebelumnya, harga sebesar itu masih tergolong murah, ujarnya, Minggu (13/2/2011).
Aminah menjelaskan, gabah hasil panen dari sawahnya kali ini mengalami penurunan. Namun, dia masih bersyukur karena bisa panen di tengah kondisi cuaca yang serba tidak menentu, terkadang hujan lebat dan disertai dengan hembusan angin yang cukup kencang.
Aminah mengaku masih kesulitan mendapatkan gabah kering sawah. Faktor cuaca, yang hampir tiap hari hujan, membuat gabah masih banyak yang basah dan langsung diangkut ke rumah dan lumbung gabah para pemilik.
Kalau untuk mendapat gabah kering, faktor utama masih tetap cuaca yang sering hujan. Padahal, untuk gabah kering sendiri nilai jualnya masih lumayan, urainya.
Hal yang sama juga dikatakan Sofyan, petani asal Desa Burneh. Dia menyatakan, hampir sebagian besar petani padi sudah memasuki masa panen. Namun yang menjadi kendala nilai jual masih tergolong rendah dan terkadang tidak impas dengan modal saat masa tanam.
Dia mengaku tidak tahu pasti kenapa harga jual gabah rendah. Padahal, stok gabah sendiri masih cukup minim, karena hanya beberapa petani saja, seperti Lamongan, Mojokerto dan Sidoarjo yang memasuki masa panen.
Saya kira, anjloknya harga gabah cukup merata, tidak terjadi di sini (Bangkalan) saja. Tidak tahu pasti kenapa kok sampai seperti itu, sehingga bisa merugikan petani sendiri, ungkapnya.
Secara terpisah, ketua Pemuda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bangkalan, M. Syaiful, menyatakan kejadian tersebut sudah menjadi isu nasional. Kemungkinan besar, anjloknya harga gabah disebabkan oleh adanya isu impor beras yang akan dilakukan oleh pemerintah.
Kami masih terus berkoordinasi dengan pengurus pusat, untuk mencari formula dan sekaligus mengantisipasi anjloknya harga gabah, ucapnya.(abe) (Subairi/Koran SI/hri)
(http://news.okezone.com/read/2011/02/13/340/424349/harga-gabah-anjlok-petani-terancam-gulung-tikar)