Jakarta – Bencana banjir di Jakarta pada awal tahun 2014 makin meluas di berbagai titik menyusul iklim yang semakin ekstrim. Yakin akan terjadinya siklus banjir lima tahunan, API tidak terburu-buru memindahkan sekretariatnya meski pada tahun sebelumnya sempat direndam banjir hingga setinggi perut orang dewasa. Setiap orang menyangka bahwa banjir sebagaimana terjadi pada akhir 2011 dan awal 2012 itu baru akan terjadi lagi pada lima tahun kedepan. Meskipun ada luapan, hal tersebut tidak dikhawatirkan dapat mengganggu aktifitas Seknas karena volumenya yang tidak cukup signifikan. Namun setelah akhirnya pada penghujung tahun 2013 dan awal 2014 pintu air Manggarai, Jakarta berkali-kali harus dibuka lantaran tak kuasa menahan limpahan air dari Bogor dan Depok, Sekretariat Nasional organisasi ini pun terpaksa harus memantapkan diri bergeser ke tempat lain, dari yang sebelumnya beralamat di Jl. Slamet Riyadi IV no. 50 Kebon Manggis, berpindah ke Jl. Kelapa Merah No. 2 Utan Kayu Selatan, Matraman.
((Alamat baru)) Seknas Aliansi Petani Indonesia (API): Jl. Kelapa Merah No.2 rt 15/rw 12, Kel. Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur 13150, Indonesia. Official Website: www.api.or.id Telp./Fax. +6221 8567935 Email. [email protected], [email protected]
Tak jauh beda dari tahun sebelumnya, banjir kali ini memaksa para penghuni Seknas berjibaku menyelamatkan dokumen dan berbagai kelengkapan kantor yang sebagian besar berada di lantai bawah. Upaya membersihkan lantai dan tembok dari lumpur banjir super tebal yang datang di penghujung bulan Desember pun akhirnya sia-sia setelah “serangan” kedua datang dan kembali merendam Seknas dengan volume yang makin tinggi. Barang-barang yang sudah diungsikan di atas meja rapat dan rak buku pada bagian atas pun akhirnya terpaksa harus dievakuasi menuju lantai dua. Hal ini untuk mengantisipasi luapan yang lebih besar dari sungai Ciliwung yang berada tepat di belakang dapur Sekretariat. Meski akhirnya banjir tak sampai benar-benar memuncak, keputusan pindah dirasa tepat mengingat banjir susulan yang beberapa kali terjadi lagi setelah usaha membersihkan lantai dan tembok dilakukan.
Nyaris Dilalap Api
Keputusan untuk segera pindah ini diambil tentunya untuk menghindari terhambatnya kerja-kerja Seknas dan menghindari hal-hal yang tak diinginkan. lebih-lebih pada sekitar bulan oktober 2013, dua bulan sebelum banjir tersebut datang, seluruh penghuni Seknas sempat dibuat kalangkabut oleh kebakaran besar yang melalap sedikitnya 23 rumah penduduk tepat di sebelah Seknas. Saat itu semua orang berkejaran dengan cepatnya gerak si jago merah untuk menyelamatkan barang-barang miliknya, termasuk para penghuni Seknas yang harus belingsatan mengevakuasi berbagai barang dan dokumen. Beruntung pemadam kebakaran segera datang dan mampu menaklukkan kebakaran tersebut untuk tidak jadi merembet ke semua hunian penduduk. Sebagai bentuk rasa syukur dan solidaritas, Seknas API pun menyumbang kelengkapan bangunan seperti semen, pasir dan bata untuk para korban kebakaran tersebut, selain menyediakan ruang pertemuan depan sebagai tempat pengungsian korban yang kehilangan rumahnya.
Posko Banjir
Meski sudah memiliki sekretariat baru yang lebih aman dari jangkauan banjir tidak lantas membuat Seknas lalai dan melupakan warga yang sedang dihantam musibah di bekas sekretariatnya yang lama. Bersama beberapa elemen pemuda dan mahasiswa (FPPI dan SOMASI) serta Jaringan GUSDURian jakarta, Seknas membuka posko Siaga Banjir di pintu masuk Jl. Slamet Riyadi (alamat Seknas lama). Dari para dermawan yang menyumbangkan berbagai kebutuhan seperti makanan, minuman, pakaian, susu bayi, obat-obatan dan sebagainya, posko ini secara bersama-sama dengan masyarakat setempat bekerjasama untuk saling meringankan beban akibat bencana banjir yang terjadi. Seperti tahun sebelumnya, posko yang dikelola secara kolektif ini menyalurkan bantuan bukan saja di wilayah sekitar posko, namun juga mengirimnya ke tempat-tempat lain yang membutuhkan, seperti bidara cina, kampung pulo hingga Penjaringan. Tak hanya itu, setelah air surut dan warga kembali membersihkan rumah, posko bersama ini menyelenggarakan pengobatan gratis dengan mendatangkan tenaga medis dan dokter. Kegiatan tersebut sebagai upaya penanganan paska banjir yang biasanya sangat rentan dengan penyakit. Warga pun menyambut acara tersebut dengan antusias dengan mendatangi balai pengobatan gratis di ruang depan Seknas lama API yang disulap menjadi ruang medical check up dan pengobatan. Acara ini terselenggara berkat kerjasama dengan komunitas Ciliwung Merdeka. Sayang, dua hari setelah kegiatan ini digelar, banjir kembali datang dan meski dengan volume lebih kecil, tapi mampu merendam ratusan rumah di jalan Slamet Riyadi dan meninggalkan lumpur yang tebal di segala penjuru sekretariat. Alamaak. [Lodz]