AWAL bulan Agustus 2015, API mengikuti lokakarya tentang Pengawasan dan Evaluasi Kegiatan yang diselenggarakan APAARI, sebuah lembaga penelitian pertanian di kawasan Asia dan Pasifik. Lokakarya tersebut berlangsung di Pusat Pelatihan milik lembaga Penelitian dan Pengembangan Malaysia atau MARDI (Malaysian Agricultural Research and Development Institute).
Tigapuluh peserta dari tujuhbelas negara yang berbeda di kawasan Asia Pasifik bergabung dalam lokakarya tersebut. Kegiatan Lokakarya dilaksanakan pada tanggal 3 s.d 7 Agustus 2015.
API sendiri hadir sebagai wakil AFA (Asian Farmers Association). AFA harus mendelegasikan undangan lokakarya kepada anggota di tingkat nasional, karena pada saat bersamaan diselenggarakan Execomm atau Rapimnas AFA di Myanmar.
Yang membedakan lokakarya ini dengan kegiatan serupa adalah digunakannya pendekatan baru, yaitu menghubungkan pengawasan dan evaluasi kegiatan dengan keluaran serta dampak yang ditimbulkan sebuah proyek pembangunan. Tujuannya adalah agar kegiatan pengawasan dan evaluasi dapat dilakukan secara lebih terstruktur dan metodologis.
Lokakarya berlangsung dalam dua tahapan. Tahap pertama berlangsung selama empat hari, antara tanggal 3 s.d 6 Agustus 2015; dengan difasilitasi oleh tim pelatih dari lembaga riset pertanian Australia atau ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research). Tim Pelatih terdiri atas Deborah Templeton (Debbie), Jack Hetherington, Andrew Alford dan disupervisi oleh David Shearer. Tahap pertama ini berfokus pada penyusunan desain pengawasan dan evaluasi kegiatan.
Tahap kedua lokakarya berlangsung satu hari pada tanggal 7 Agustus 2015; difasilitasi oleh Dr. Ajit Maru dari GFAR. Materi pada tahap kedua ini lebih berfokus pada evaluasi atas dampak dari sebuah produk informasi, sebuah proyek informasi, atau sebuah layanan informasi.
Lokakarya ini menggunakan metodologi ‘pembelajaran orang dewasa’ dengan pendekatan partisipatori. Semua peserta melakukan pembelajaran dari satu sama lain melalui kegiatan diskusi, baik diskusi dalam kelompok kecil maupun diskusi panel. Pelatih lebih berperan sebagai fasilitator yang memastikan semua orang mendapat kesempatan untuk urun suara dan urun pengetahuan.
Ditulis oleh
Ari Darsono