PENINGKATAN NILAI RANTAI DAN PENGHASILAN PETANI KOPI TORAJA
Toraja, 14 Oktober 2019
Aliansi Petani Indonesia (API) di dalam MTCP-AFOSP Berkerjasama Dengan RIKOLTO telah memperkuat Perkumpulan Petani Kopi Toraja (PPKT) di dalam Manajemen Koperasi, Sekolah Lapangan Budidaya Tanaman Kopi dan Pengembangan Jaringan Pemasaran Kopi Toraja “SALECCO” untuk meningkatkan rantai Nilai Kopi dan Pendapatan Petani di Toraja.
Tana Toraja berada di Sulawesi Slatan, sekitar 8 jam perjalanan dari Makasar, Ibu Kota Propensi, dengan transportasi darat. Tana-Toraja berada di ketinggian 350-2800 mdpl. Toraja adalah wilayah yang sangat subur, sehingga banyak tanaman kopi yang tumbuh di diwilayah ini. Toraja adalah salah satu wilayah produsen kopi sepesial yang terkenal di Indonesia.
Salah produsen kopi adalah Perkumpulan Petani Kopi Toraja (PPKT). PPKT adalah organisasi petani yang mengorganisir kelompok-kelompok tani produses kopi di Toraja. Jumlah kelompok tani yang bergabung dalam PPKT adalah 89 kelompok tani dengan total anggota 1.736 anggota, total luas lahan 1,836,8 Hectar, potensi produksi 889 ton/musim.
PPKT termotivasi bahwa kopi toraja sangat terkenal di Indonesia dan pasar luar negeri, namun harga ditingkat petani sangat rendah dibanding dengan harga kopi di pasar. Hal ini disebabkan oleh posisi tawar petani sangat rendah karena kualitas biji kopi yang rendah, produktifitas rendah, belum terorganisirnya pemasaran.
Oleh karena itu PPKT dengan didukung oleh Aliansi Petani Indonesia (API) sebagai Induk organisasi PPKT dan RIKOLTO berusaha untuk Penguatan kelembagaan dengan pembenahan manajemen bisnis dan keuangan koperasi, pemberdayaan anggota melalaui sekolah lapangan dan pelatihan untuk meningkatkan produksi dan peningkatan kualitas kopi Toraja, peningkatan kemampuan SDM di dalam pengolahan pasca panen. Membangun Fasilitas pengolahan, berusaha untuk mengakses modal kepada lembaga keuangan.
Penguatan Kelembagaan Ekonomi
Sebagian besar Petani Toraja, khususnya anggota dari Perkumpulan Petani Kopi Toraja (PPKT) adalah produsen kopi dan mengantungkan hidupnya dari budidaya Kopi. Jumlah Anggota PPKT saat ini 1.736 Petani dengan rata-rata luas kebun 1.06 hektar/petani. Perhinpunan Petani Kopi Toraja menjadi aktor penting dalam Rantai Komoditas Kopi di Toraja. Dalam Pemsaran Kopi, peran PPKT sangat strategis dan sangat diperhitungkan oleh berbagai Mitra. Anggota PPKT menjual Kopi mereka melalui Koperasi kemudian di jual langsung kepada Buyer dan kafe-kafe yang diorganisir oleh Aliansi Petani Indonesia sebagai Induk Organisasi PPKT. Hal ini sangat Menguntungkan bagi anggota karena rantai pemasaran menjadi sangat pendek.
Saat ini PPKT mampu menyediakan pelayanan kepada 33 kelompok dari 89 kelompok yang diorgnisir. Jumlah petani yang terlibat sebanyak 671 petani. Peran perempuan sangat penting dalam membangun sistem layanan koperasi, pengolahan dan pemasaran Kopi Toraja. Dari keseluruhan anggota, PPKT mampu memberikan pelayanan hanya menjangkau 37% dari keseluruhan anggota. Hal ini karena keterbatasan Sumberdaya yanng dimiliki oleh PPKT seperti fasilitas pengolahan, Gudang, modal kerja. Disamping itu kemampuan sumdaya Manusia untuk mendampingi kelompok-kelompok tani sangat terbatas. Hal ini akan menjadi konsen dari API dan Mitra Kerja untuk memperluas jangkauan layanan kepada seluruh anggota.
Meskipun belum mampu keseluruhan anggota di dalam pelayanan, akan tetapi PPKT telah membuktikan bahwa melalui penguatan organisasi, pendikan & pelatihan, pemasaran bersama dapat meningkatkan akses pasar yang lebih baik dan meningkatkan pendapatan petani kopi di Toraja. Oleh karena itu PPKT mendapatkan penghargaan dari Gubernur Sulawesi Selatan sebagai Koperasi Pelopor karena PPKT gerakan koperasi bagi petani yang mampu meningkatkan pendapatan petani kopi Toraja.
Penguatan Sistem Budidaya Tanaman
Tanaman kopi merupakan komoditas utama sebagian Petani di Toraja, Selaian kegiatan pariwisata kopi menjadi daya tarik ketika datang ke Toraja. Rasa dan aroma kopi Toraja sangat khas. Kopi Toraja termasuk kopi Kopi Sepesial (Specialty Coffee) dari Indonesia.
Perkebunan Kopi yang ada di Toraja sebagian besar dikelola oleh petani. 70% produksi kopi yang berkualitas dihasilkan dari perkebunan kopi petani dari Toraja Utara, 25% berasal dari Wilayah Selatan, sekitar Getengan dan Buntu, 5% dihasilkan dari wilayah bagian barat, sekitar Bittuang. Masa panen kopi di Toraja berkisar antara Bulan Mei hingga Agustus.
PPKT berupaya untuk meningkatkan produktifitas dan mempertahankan kualitas biji kopi toraja khususnya produksi dari anggota. Dalam Rangka membantu PPKT, Aliansi Petani Indonesia Sebagai Induk Organisasi PPKT dan RIKOLTO sebagai partner dari API dan PPKT mendukung kegiatan sekolah lapangan budidaya tanaman Kopi dan pengedalian hama, pelatihan pengolahan pasca panen, dan pelatihan pembuatan pupuk nutrisi tanaman kopi. Selain itu API berusaha melakukan advokasi kebijakan kepada pemerintah di tingkat provinsi dan Pusat untuk mendukung PPKT dalam hal fasilitas pengolahan pasca panen.
Jenis Kopi yang dibudidayakan di Toraja adalah Kopi Robusta di wilayah yang lebih rendah, dan kopi Arabika yang tumbuh di 1200 hingga 2000 mdpl. Lahan-lahan di Toraja mengadung kadar mineral dan besi yang tinggi sehingga mempengaruhi cita rasa kopi yang khas, wilayah perkebunan kopi di Toraja disekitar Hutan dengan pemandangan yang indah. Karena itu Kopi Toraja banyak diminati konsumen dunia terutama Jepang dan Amerika Serikat.
Sebagian besar Kopi Toraja dibudidayakan dengan Sistem pertanian alami (organik), atau dibudidayakan dengan penggunaan pupuk kimia yang serendah-rendahnya. Petani melakukan perawatan tanaman seperti pemaksan secara rutin terhadap cabang-cabang yang tidak produktif, melakukan pemupukan dengan Kompos atau Nutrisi pupuk Cair Alami. PPKT juga membuat Kebun pembibitan dan percontohan sebagai kebun pembelajaran bagi anggota dari PPKT. Kebun pembibitan selain sebagai tempat pembelajaran juga dijual kepada anggota sebagai bibit yang berkualitas baik.
Penguatan Kemitraan dan Akses Pasar
Aliansi Petani Indonesia bersama RIKOLTO telah mendukung PPKT di dalam Penguatan kelembagaan Ekonomi, Penguatan Budidaya Tanaman Kopi, Pengolahan Pasca Panen, Pengembangan Jaringan Pemasaran. Dukungan API dan RIKOLTO sangat penting dalam sehingga memperkuat kelembagaan Organisasi Petani & Koperasi PPKT dalam hal Pelayanan kepada anggota, peningkatan produksi dan mutu Kopi serta memperluas jaringan pemasaran.
Sejak tahun 2016 hingga tahun 2018, API telah memberikan pelatihan manajemen keuangan koperasi, sekolah lapangan budidaya tanaman Kopi, mendukung pembuatan membuat kebun percontohan, Sekolah lapangan pembuatan pupuk Nutrisi tanaman, membangun kerjasama dan jaringa kedai Kopi untuk maningkatkan akses pemasaran. Saat ini kebutuhan kopi Toraja kedai-kedai kopi di Malang, Surabaya, Jogjakarta, Jakrata menjacapai 70 ton/musim, dan baru dapat dipenuhi 20 ton oleh PPKT.
Semetara itu, RIKOLTO berperan membangun rantai pemasaran kopi untuk fokus pada pasar Expor. ROKOLTO juga menbdukung kegiatan pameran-pameran kopi baik ditingkat nasional maupun Internasional.
Kopi yang diproduksi oleh anggota PPKT dipasarkan melalui Jaringan Kedai yang diorganisir oleh Aliansi Petani Indonesia, melalui MTC, PT. Tuarco Jaya, PT. Sulatco, PT. Indocom. PT. Megah Putra Sejahtera.
Dampak dan Perubahan
Dampak dari dukungan penguatan kelembagaan ekonomi/Koperasi PPKT, pemberdayaan petani dalam sistem budidaya tanaman dan pengolahan Pasca panen, dan penguatan kemitraan dan akses pasar kopi yang diberikan oleh Aliansi Petani Indonesia dan ROKOLTO antara lain:
Dampak Ekonomi, antai komoditas kopi toraja khususnya yang diproduksi oleh anggota PPKT dapat diperpendek. Hal ini dapat meningkatkan posisi tawar petani dan harga biji kopi ditingkat petani dari Rp. 35,000/kg menjadi 75.000. dengan peningkatan harga dan produktiftas tanaman kopi maka penghasilan bersih petani ditingkatkan hampir 4 kali lipat (390,46%) dari Rp 19.400,000/hektar menjadi Rp 95,150,000 hektar.
Selain peningkatan penghasilan ditingkat petani, dengan diperkuatnya PPKT maka nilai tambah kopi toraja meningkat dari Rp 75.000 menjadi Rp 120.000 ditingkat koperasi, karena pengolahan pasca panen yang lebih baik yang dilakukan oleh koperasi. Sementara total biaya pengakutan dan processing Rp 35.000/kg.
Dampak sosial, dengan diperkuatnya PPKT di dalam kelembagaan, produksi dan pemasaran berkontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja baru bagi 40 perempuan pedesaan, untuk melakukan sortasi, grading dan packaging kopi toraja.
#Rifai