Rabu, 5 Januari 2011 | 03:57 WIB
Jombang, Kompas – Harga beras di sejumlah daerah terus naik, tetapi petani yang menjadi produsen padi, termasuk petani di Jawa Timur, tak menikmati kenaikan itu. Harga gabah di tingkat petani tidak berubah. Mayoritas petani di provinsi itu pun saat ini sedang memulai musim tanam.
Pengamatan Kompas di kabupaten-kabupaten di lembah Sungai Brantas, Jawa Timur, seperti Mojokerto, Jombang, Kediri, dan Sidoarjo, Selasa (4/1), mayoritas petani sekarang ini masih pada tahap tanam. Sebagian petani pun menghadapi serangan hama dan penyakit padi.
Namun, di beberapa daerah, sebagian tanaman padi sudah dipanen, seperti di Desa Mojoanyar, Kecamatan Bareng, Jombang. Namun, hasil panen tidak bagus karena kebanyakan dirusak hama tikus dan wereng.
Tanaman padi milik Nyonya Sopiah di lahan 800 meter persegi, misalnya, hanya menghasilkan 2 kuintal gabah kering panen (GKP) dengan harga Rp 320.000 per kuintal. Tanamannya rusak berat akibat serangan tikus. Saat normal, dari lahan seluas itu menghasilkan 8 kuintal GKP.
Menurut Sopiah, petani tidak menikmati kenaikan harga beras karena saat ini bukan musim panen raya. Kalau punya gabah, hanya untuk persediaan dimakan sendiri, kata Udin, petani Desa Mojowarno, Jombang.
Di Kabupaten Bojonegoro, petani pun tidak menikmati keuntungan dari kenaikan harga.
Terkait kenaikan harga beras, operasi pasar khusus oleh Perum Bulog Jember, pertengahan Desember 2010, belum bisa menekan harga beras di pasaran.
Kepala Perum Bulog Subdivisi Regional (Divre) Malang Awaludin Iqbal menjelaskan, Bulog memiliki cukup cadangan untuk mengamankan harga beras yang dilakukan melalui operasi pasar.
Fauzan, pedagang beras grosir di Jember, mengungkapkan, harga beras bertahan selama dua pekan ini dengan harga tertinggi Rp 8.000 per kilogram untuk kualitas premium. Harga beras kualitas bagus nonkemasan Rp 7.500 per kg, sedangkan beras kualitas medium Rp 6.000-Rp 7.000 per kg. Di Bojonegoro, harga beras kualitas bagus naik dari Rp 6.800 jadi Rp 8.200 per kg.
Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, stok beras di gudang Bulog Subdivre IV Banyumas kini kritis karena tinggal 11.500 ton. Kepala Humas Bulog Subdivre IV Priyono, Selasa, menyatakan, beras sebanyak itu hanya cukup untuk satu kali distribusi beras untuk rakyat miskin (raskin) pada Januari bagi empat kabupaten, yakni Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, dan Cilacap.
Di tengah kenaikan harga dan kesulitan petani, secercah harapan muncul dari Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Petani daerah itu yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Simpatik untuk kesekian kalinya mengekspor beras organik ke Dubai, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. Ketua Gapoktan Simpatik Uu Saeful Bahri, Selasa, mengatakan, beras yang diekspor ke dua negara itu masing-masing sebanyak 18 ton.(ANO/SIR/ODY/ACI/ETA/ mdn/adh)
(Sumber :http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/01/05/03571815/Tak.Nikmati.Kenaikan.Harga)