Sabtu, 05 Februari 2011 | 17:01 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta – Indonesia perlu mewaspadai terjadinya lonjakan harga komoditas pangan dunia yang mulai mahal. Pemerintah akan sulit memenuhi beberapa komoditas pangan yang masih impor akibat negara-negara penghasil produksi pangan membatasi, bahkan menutup keran ekspornya.
Kalau indeks harga pangan dunia naik terus, devisa akan terkuras untuk impor pangan. Ada satu titik Indonesia akan sulit mendapatkan komoditas dari pengekspor pangan karena mereka juga mengutamakan kebutuhan dalam negerinya, kata pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, saat dihubungi Tempo, Sabtu (5/2).
Berdasarkan data yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), indeks harga pangan mencapai 231 poin atau 3,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada Desember 2010. Ini merupakan angka tertinggi sejak FAO mulai menghitung harga pangan pada 1990.
Menanggapi hal itu, Khudori meminta pemerintah mengamankan komoditas pangan utama yaitu beras, terutama saat memasuki musim panen yang diperkirakan awal Maret mendatang.
Berdasarkan data BMKG hujan diperkirakan masih tinggi sampai panen nanti. Ada potensi dan peluang kualitas beras yang dihasilkan turun. Pemerintah harus amankan ini dengan merealisasikan segera pemberian pengering pada petani, ujar Khudori.
Khudori tak keberatan jika memang pemerintah harus mengimpor dalam rangka mengantisipasi kemungkinan krisis pangan. Namun, pemerintah harus mulai memikirkan hal tersebut dari sekarang jika impor dirasa penting mencukupi kebutuhan dalam negeri. (ROSALIN)
(Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2011/02/05/brk,20110205-311283,id.html)