Rabu, 9 Februari 2011
GORONTALO, KOMPAS – Pemerintah harus melindungi petani jagung lokal dari serbuan jagung impor. Jika tidak, lambat laun nasib petani jagung lokal akan terdesak oleh derasnya laju jagung impor. Sejauh ini, Provinsi Gorontalo masih mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan mencukupi kebutuhan di provinsi lain.
Direktur Utama PT Mitra Mandiri Agrimakmur Hans F Hutama mengatakan hal itu, Selasa (8/2) di Kota Gorontalo. PT Mitra Mandiri Agrimakmur adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan dan ekspor jagung di Kota Gorontalo. Selain untuk memenuhi pasokan dalam negeri, jagung juga diekspor ke Malaysia dan Filipina.
Harga jagung lokal di Gorontalo masih lebih murah dibanding harga jagung impor, yaitu Rp 2.700 per kilogramnya. Sedangkan harga jagung impor Rp 3.500 per kg. Namun, jika pemerintah tidak memperketat kebijakan impor jagung, petani lokal akan terjepit, ujar Hans.
Menurut Hans, kebijakan mengimpor jagung tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnis jagung di Gorontalo. Selain kebutuhan jagung di Gorontalo dapat dipenuhi, pasokan jagung untuk wilayah di luar Gorontalo juga masih dapat dilaksanakan. Kebutuhan jagung di Gorontalo hanya sekitar 10 persen dari jumlah produk jagung di provinsi ini yang mencapai lebih dari 300.000 ton per tahunnya.
Di Gorontalo belum ada industri pakan ternak berbahan baku jagung. Oleh karena itu, kebutuhan di provinsi ini masih dapat dipenuhi. Kami justru lebih banyak memasok kebutuhan jagung di provinsi lain dan sedikit untuk ekspor, ujar Hans.
Sementara di Lamongan, Jawa Timur, harga jagung pipilan Rp 3.000-Rp 3.500 per kg, di Gresik Rp 4.500 per kg, serta di Tuban dan Bojonegoro Rp 3.300 per kg. Meskipun harga jagung tinggi, petani di Gresik tidak turut menikmatinya.
Iwan Utomo, warga Gluranploso, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, menyatakan, para petani lebih memilih menanam padi.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kabupaten Gresik Agus Muljono menjelaskan, di Gresik jagung dan kedelai termasuk mahal karena produksinya tak banyak.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Udhoro Anggoro menyebutkan, Kementerian Pertanian akan melakukan gerakan percepatan musim tanam padi di musim kemarau untuk mengejar peningkatan produksi beras tahun 2011. Musim hujan tahun ini diperkirakan baru akan berakhir bulan Mei.
Anggoro mengungkapkan, gerakan percepatan penanaman padi pada MK I akan dilakukan serentak pada April 2011. Begitu panen dilakukan, musim tanam percepatan langsung dilakukan dan serentak, katanya.
Ia memastikan ketersediaan benih padi varietas unggul baik dalam bentuk bantuan benih maupun bantuan langsung sudah siap. Begitu pula pupuk tidak menjadi persoalan.
Yang diperlukan gerakan di lapangan untuk memastikan dan meyakinkan petani melakukan tanam padi segera setelah panen. Ini dilakukan untuk mengejar musim hujan yang masih akan berlangsung hingga Mei 2011.(APO/ACI/ODY/ABK/TIF/WIE/ONI/NIT/MKN/MAS)