Sao Paolo, Senin – Isu kenaikan harga pangan tak selalu muncul menjadi berita besar. Akan tetapi, isu itu telah menakutkan sejumlah pemimpin negara maju hingga negara berkembang. Potensi keresahan sosial diperkirakan menghadang berbagai pemerintahan pada masa mendatang.
Kejatuhan pemerintahan Tunisia menjadi salah satu alasan kuat untuk khawatir. Kenaikan harga pangan menjadi salah satu pemicu warga Tunisia melakukan demonstrasi yang menjatuhkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali pada 14 Januari lalu.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Perancis sebagai Ketua G-20 tahun ini sudah memberikan peringatan, yakni ada potensi kerusuhan akibat kenaikan harga pangan.
Pekan lalu FAO menegaskan bahwa harga pangan telah mencapai tingkat tertinggi sejak 1990. Kenaikan harga pangan juga sudah terjadi pada 2007 dan 2008 serta memicu sejumlah aksi huru-hara di Benua Afrika dan Karibia, termasuk di Haiti dan Filipina.
Karena itu, Perancis bertekad keras menstabilkan harga pangan. Ada usul Perancis soal kemungkinan pembentukan mekanisme dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait stabilisasi harga pangan. Sehubungan dengan ini, para menteri pertanian dari 20 negara anggota G-20 akan bertemu di Paris pada Juni mendatang.
AS berkelit
Isu ini ditanyakan oleh para profesor dan sejumlah mahasiswa kepada Menteri Keuangan AS Timothy Geithner saat berkunjung ke Sao Paolo, Brasil, Senin (7/2). AS adalah salah satu negara anggota G-20 dan menjadi sarang utama para hedge fund, yang banyak berperan mendorong kenaikan harga pangan. Bersama Inggris, AS adalah sarang utama para spekulan global.
Geithner berkelit. Dia mengatakan, usul Perancis tidak jelas soal stabilisasi pangan lewat skema G-20. Perancis bertekad mengurangi volatilitas harga pangan lewat regulasi di sektor keuangan.
Geithner mengatakan, sebaiknya usul Perancis itu tidak menghambat mekanisme pasar. Ia mengatakan senang bekerja sama dengan Perancis. Akan tetapi, Geithner menambahkan bahwa AS khawatir akan terjadi hambatan menuju jalur pemulihan ekonomi global.
AS dan Inggris, juga sama-sama anggota G-20, selalu menepis rencana regulasi di sektor keuangan. Krisis ekonomi global tahun 2008 dipicu oleh krisis di Wall Street, julukan bagi raksasa korporasi global yang menggoyang dunia.
Sejak itu, Perancis dan Jerman gencar mengusulkan peredaman aksi-aksi spekulan kelas kakap dengan peluncuran peraturan. Akan tetapi, pada hari Senin di Washington, Presiden AS Barack Obama juga memperlihatkan perubahan sikap.
Di hadapan para eksekutif bisnis, Obama menjanjikan pengurangan regulasi. Hal ini justru menjadi kritik Perancis dan Jerman bahwa peraturan yang terlalu longgar telah membuat harga pangan dunia didongkrak naik oleh spekulan.
Kami harus bersikap hati-hati dan berniat memberikan keseimbangan dalam perspektif itu. Keinginan politisi untuk menstabilkan pasar jangan sampai mengganggu dinamika menuju pemulihan, kata Geithner.
Kubu Wall Street selama dua tahun ini menilai peraturan di sektor keuangan membuat mereka tidak leluasa bergerak melakukan aksi-aksi spekulasi di pasar dunia, yang membawa keuntungan besar bagi AS.
Jadi, masih belum jelas bagi saya, apa yang ingin diusulkan Perancis, kata Geithner.
Dia menambahkan, perdagangan di bursa komoditas AS dijalankan secara transparan dan ada di bawah sistem yang memiliki tanggung jawab.
Korsel mengantisipasi
Korea Selatan tidak mau menggantungkan diri pada mekanisme dunia soal stabilisasi pangan. Di Seoul, Senin, Presiden Lee Myung-bak menyerukan peluncuran sebuah strategi. Tujuannya adalah menstabilkan harga pangan dalam negeri.
Peluncuran strategi ini dilakukan sehubungan dengan makin meningkatnya keprihatinan soal pasokan dan kenaikan harga pangan.
Bulan lalu PBB juga telah memperingatkan jutaan kaum papa dunia berada dalam risiko akibat kenaikan harga pangan. Faktor pasokan yang tersendat akibat cuaca buruk dan hambatan ekspor pangan yang dilakukan sejumlah negara, menurut PBB, merupakan penyebab kenaikan harga pangan.
Dari China dikabarkan, musim dingin yang kering tanpa salju juga telah mengancam produksi pangan.
Potensi krisis pangan global meningkat sehubungan dengan ancaman perubahan iklim. Kita harus menyusun strategi nasional dan melakukan sebuah riset untuk mengatasi hal ini, kata Lee seusai bertemu dengan para penasihat presiden.
Lee juga menyerukan pembentukan sebuah satuan tugas yang merupakan gabungan dari sektor pemerintah dan swasta. Satuan tugas ini akan mendorong investasi di sektor pangan dan akan fokus pada upaya stabilisasi harga pangan, yang telah berperan menaikkan angka inflasi Korsel.
Korea Agro-Fisheries Trade Corp, sebuah badan Pemerintah Korea Selatan, bulan lalu merencanakan pembelian pangan dari pasar AS. (REUTERS/AP/AFP/MON)]
(http://cetak.kompas.com/read/2011/02/09/04151788/pangan.takutkan.dunia)