Sabtu, 12 Februari 2011
Manado, Kompas – Luas sawah irigasi di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo menurun tajam dalam 10 tahun terakhir. Hal ini berdampak pada penurunan produksi beras yang dikhawatirkan akan berdampak pada ketahanan pangan masyarakat kedua daerah tersebut.
Di Sulut, luas sawah irigasi menyusut 35 persen, dari semula 64.000 hektar, kini tinggal 42.000 hektar. Di Gorontalo, dari 46.000 hektar sawah, sebagian telah beralih fungsi menjadi perumahan.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo menyebutkan, laju pertumbuhan gedung tertinggi sepanjang 2010, yaitu 11,69 persen, sedangkan sektor pertanian terendah, yaitu 4,1 persen.
Di Sulawesi Utar,a penurunan luas sawah irigasi terjadi di daerah produksi beras, seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow dari 36.000 hektar menjadi 24.000 hektar. Di Minahasa Selatan dari 5.000 hektar menjadi 2.500 hektar. Kebutuhan beras di Sulawesi Utara pada 2010 sebanyak 237.000 ton, tetapi produksi hanya 90.000 ton.
Penurunan luas sawah menjadi masalah serius karena terjadi saat sejumlah negara penghasil beras di dunia, seperti Thailand dan Vietnam, menghentikan ekspor beras untuk menjaga stok dan kebutuhan dalam negeri mereka, kata Dr Rino Rogi, pengamat pertanian dari Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, Jumat (11/2).
Tidak capai target
Produksi beras nasional juga cenderung turun karena hasil panen di sejumlah daerah menurun akibat cuaca ekstrem. Hujan dan angin kencang mengganggu proses penyerbukan tanaman. Belum lagi serangan hama dan penyakit.
Di Jawa Barat, misalnya, target produktivitas sebesar 5,98 ton gabah kering giling (GKG) per hektar di Purwakarta, pada musim rendeng 2010/2011 belum tercapai. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, hasil panen dari 2.596 hektar sawah selama Januari 2011 sebesar 15.039 ton GKG.
Artinya, produktivitas rata- rata 5,79 ton GKG per hektar atau 0,19 ton GKG per hektar lebih rendah dari target, kata Kepala Seksi Padi Dinas Pertanian Purwakarta Sri Jaya Midan.
Di Banyuwangi, Jawa Timur, serangan wereng menyebabkan gagal panen di Kecamatan Rogojampi, Srono, Kabat, dan Singojuruh. Sumiah (60), petani dari Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, mengatakan bahwa dari 0,35 hektar sawahnya, ia hanya bisa memanen kurang dari 50 kilogram GKP
Meski produksi berkurang, harga beras cenderung terus turun seiring masa panen yang terus berlangsung. Di Surabaya, harga beras IR 64 kualitas medium turun dari Rp 7.000 per kg menjadi Rp 6.500 per kg. Di Semarang, Jawa Tengah, harga beras C4 kualitas medium dari Rp 7.200 per kg menjadi Rp 6.800 per kg. (APO/ZAL/WHO/MKN/ADH/ REK/ARA/NIT/ODY)
mohon informasi tkeiart peternakan sapi perah di sleman,terimakasihJumat, 30 September 2011Terimakasih saudari Eva atas pertanyaannya. Sebelumnya mohon pertanyaan saudari yang lebih spesifik. Adapun informasi yang dapat kami sampaikan secara umum tkeiart peternakan sapi perah di Kab. Sleman adalah sbb:- sentra peternakan di Kab. Sleman terdapat di wilayah Kec. Pakem dan Cangkringan- usaha di bidang peternakan sapi perah didukung dengan tiga koperasi sebagai mitra peternak- saat ini (s/d triwulan II)populasi sapi perah mencapai 3.196 ekorDemikian informasi singkat yang dapat kami sampaikan bila ada hal yang kurang jelas anda dapat menghubungi Bidang Peternakan, Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Sleman dgn nomor telepon 0274-868426 atau 0274-868405 ext 1285.terimakasih