Produksi Pangan Yang Rendah Akan Memperburuk Krisis Pangan Global
Kamis, 10 Februari 2011, 10:56 WIB
Hadi Suprapto
VIVAnews – Harga komoditas jagung, gandum, dan kedelai melonjak ke harga tertinggi sejak 2008, setelah laporan pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan produksi tanaman ini menurun dan menyebabkan stok global menipis.
Seperti dikutip Businessweek, Kamis 10 Februari 2011, Departemen Pertanian AS menurunkan proyeksi persediaan komoditas sebelum panen dilaksanakan. Stok bahan makanan ini diperkirakan merosot 2,2 persen.
Kekeringan di Rusia, Ukraina, dan bagian lain Eropa, serta cuaca buruk di AS, Kanada, dan Australia memangkas harapan pemulihan ekonomi dunia dari resesi paling parah dalam 70 tahun terakhir.
“Tak ada satu komoditas pangan pun yang tidak mengalami masalah pasokan,” kata Steve Nicholson, spesialis pengadaan komoditas di International Food Products Corp, di St Louis, AS. “Produksi tidak bisa memenuhi permintaan, akibatnya bisa memperburuk krisis pangan global.”
Harga jagung –yang digunakan untuk membuat pakan ternak dan etanol– telah melonjak 95 persen tahun lalu. Gandum telah naik 84 persen, dan kedelai 57 persen. Sementara itu, pada perdagangan Rabu 9 Februari 2011 waktu AS (Kamis pagi WIB), harga beras di bursa berjangka mencapai level tertinggi dalam 27 bulan terakhir.
Indeks pangan global pada Januari naik menyusul melonjaknya harga susu, gula, dan sereal. PBB, pada 2 Februari lalu memperkirakan tingginya harga pangan ini dapat bertahan hingga beberapa bulan mendatang.
Jagung di bursa berjangka Chicago Board of Trade untuk pengiriman Maret naik 24,25 sen atau 3,6 persen, dan ditutup US$6,98 per bushel (1 bushel jagung setara 25 kg) pada pertengahan perdagangan Rabu.
Gandum di bursa berjangka untuk pengiriman Maret naik 11,75 sen, atau 1,3 persen menjadi US$8,86 per bushel (1 bushel gandum dan kedelai setara 27 kg). Sebelumnya, harga sempat mencapai US$8,93, tertinggi sejak Agustus 2008.
Kedelai berjangka untuk pengiriman Maret naik 16,75 sen atau 1,2 persen menjadi US$14,51 per bushel. Sebelumnya sempat mencapai US$14,56, tertinggi sejak Juli 2008.
Beras berjangka untuk pengiriman Maret naik 38 sen, atau 2,4 persen menjadi US$16,295 per 100 pound (45 kg). Sebelumnya, komoditas tersebut mencapai US$16,33, tertinggi sejak 5 November 2008. Harga ini telah naik 68 persen sejak akhir Juni.
Sementara itu, rekor tertinggi untuk komoditas jagung terjadi pada 27 Juni 2008 yaitu US$7,9925, kedelai pada 3 Juli 2008 sebesar US$16,3675, gandum pada 27 Februari 2008 sebesar US$13,495, dan untuk beras terjadi pada 24 April 2008 sebesar US$25,07.
Pasokan Jagung Cukup
Sekretaris Departemen Pertanian AS, Tom Vilsack, menyatakan pasokan jagung untuk makanan, pakan ternak, dan bahan bakar mencukupi kebutuhan AS. “Bahkan ada peluang ekspor,” kata Vilsack dalam konferensi pers di Washington.
Menurut dia, Presiden AS Barack Obama telah sukses mendorong ekspor hasil pertanian. Amerika Serikat adalah eksportir terkemuka dunia untuk jagung, kedelai, dan gandum. Serta ekportir beras terbesar ketiga dunia.
Departemen Pertanian AS melansir stok jagung di AS pada 31 Agustus diperkirakan turun 60 persen dari tahun sebelumnya menjadi 675 juta bushel. Stok ini turun dari perkiraan Januari 745 juta.
Persediaan dunia diperkirakan turun 16 persen dari tahun sebelumya menjadi 122,5 juta ton. Persentase stok terhadap penggunaan global ini jatuh 14,6 persen, dari 15,2 persen pada bulan lalu. Ini merupakan terendah sejak 1974.
Cadangan gandum AS pada 31 Mei akan turun menjadi 818 juta bushel, tidak berubah dari perkiraan pada Januari, dan turun dari 976 juta setahun sebelumnya.
Departemen Pertanian AS memotong estimasi persediaan gandum global untuk 31 Mei menjadi 177,77 juta ton, turun 0,1 persen dari proyeksi Januari. “Peningkatan konsumsi di seluruh dunia telah menipiskan stok,” kata Roy Huckabay, wakil presiden eksekutif pada Linn Group di Chicago. (art)