Jakarta, Kamis (16/10/2014). Disalah satu sudut kota yang tak pernah mati kesibukannya dibilangan jakarta-pusat menteng, tepatnya dipelataran Taman Ismail Marzuki (TIM), pelataran yang biasanya menjadi ajang keramaian anak-anak muda jakarta kini berubah menjadi suasana aksi pentas seni-budaya, yaitu berupa Aksi teaterikal, dengan belasan pemuda-pemuda yang memakai pakaian petani serba hitam-hitam, lengkap dengan caping dan cangkulnya, serta ratusan peserta massa aksi yang terlibat siang ini cukup menarik perhatian warga yang melintas.
Aksi teaterikal yang mereka bawakan ini mengusung tema dalam “Memperingati Hari Pangan Sedunia” aksi aliansi ini terdiri dari: Aliansi Petani Indonesia (API) bersama beberapa organisasi lain seperti IGJ, FPPI, Solidaritas Perempuan, KRKP dan SNI mereka semuanya yang tergabung dalam Aliansi untuk Kedaulatan Pangan (AKAP).
Aksi yang sedikitnya diikuti oleh seratus orang tersebut dimulai pukul 14.00 wib hingga 16.00 wib dengan beberapa orasi terkait isu pangan nasional, dimana petani belum mendapatkan posisi yang cukup layak dalam berbagai kebijakan pangan nasional. “Petani belum sejahtera. Hal ini terbukti dari data 10 tahun terakhir, dimana jumlah petani berkurang hingga 5,4 juta rumah tangga petani dalam rentang waktu 2003-2013. Sebaliknya jumlah korporasi yang bergerak di bidang pertanian melonjak sangat signifikan”, ungkap Loji dalam orasi pembukaan aksi.
“Hal ini sangat memprihatinkan, karena ketahanan pangan tanpa kedaulatan atas berbagai sumberdaya pertanian oleh petani dari hulu sampai hilir akan mengakibatkan peran serta petani tetap terpinggirkan. padahal para petanilah yang memiliki dan selama ini mengkapitalisasi berbagai pengetahuan dan pengalaman hingga terbentuk struktur budaya petani dalam pola hubungan produksi yang pro-ekologi dan keberlanjutan lingkungan”, lanjutnya.
Keadaan dan pola hubungan yang saling menjaga antara petani dan alam dalam proses produksi tersebut dilukiskan dalam babak awal aksi teaterikal. Sejumlah petani yang diperankan oleh delapan orang tampak beraktifitas layaknya di sawah. Mereka mencangkul, menyemai, mengisi dan menjaga lumbung pangan. Keadaan tersebut didukung dengan simbolisasi keselarasan dengan sosok Dewi Sri dan anak ayam yang membayangi lumbung pangan.
“Namun demikian keadaan menjadi berubah ketika berbagai kebijakan baik nasional maupun internasional mulai “menyatroni” para petani dan lumbungnya. Berbagai kebijakan terkait pertanian dan pangan banyak meminggirkan dan tidak memberikan ruang leluasa bagi petani untuk meningkatkan pendapatan. Berbagai kasus agraria makin memperkecil akses petani kepada lahan produksi,” tandasnya.
Berita Media:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/548790-petani-minta-jokowi-hentikan-impor-benih
http://www.didaktikaunj.com/2014/10/problematika-pangan-indonesia/