Menurut pengamat, harga pangan saat ini masih rentan dan dikhawatirkan terus naik
Jum’at, 4 Februari 2011, 09:16 WIB
Renne R.A Kawilarang
VIVAnews – Badan PBB Urusan Pertanian dan Pangan (FAO) mengungkapkan terus naiknya indeks harga pangan dunia, yang telah mencetak rekor tertinggi. Kenaikan harga pangan ini salah satunya disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu sehingga mengganggu siklus panen di banyak negara.
Demikian menurut pendapat kalangan pengamat atas naiknya harga pangan dunia. Menurut riset FAO, seperti dikutip harian The Wall Street Journal, indeks harga pangan dunia Januari lalu naik 3,4 persen menjadi 231 poin.
Mengutip data dari FAO dan penilaian para pakar, harian The New York Times memaparkan empat faktor penyebab naiknya harga pangan dalam tujuh bulan berturut-turut. Empat faktor itu adalah cuaca, tingginya permintaan, berkurangnya hasil panen, dan beralihfungsinya lahan tanaman pangan dari tadinya untuk sumber makanan manusia menjadi bahan bioenergi.
Cuaca yang tidak menentu sering dihubungkan dengan gejala perubahan iklim sehingga mengganggu siklus panen. Hujan lebat di sebagian Australia dalam beberapa pekan terakhir, contohnya, telah menghancurkan ladang gandum. Hasil panen gandum pun menjadi tidak maksimal.
Menurut ekonom FAO, Abdolreza Abbassian, kondisi itu telah mendorong tingkat permintaan dan harga gandum. Di Amerika Serikat (AS), kualitas panen kedelai pada musim gugur tergolong rendah. Bersamaan dengan itu permintaan kedelai terus bertambah sehingga persediaan di gudang-gudang menipis dan ini telah mempengaruhi harga.
Selain kedelai, harga sejumlah komoditas di AS seperti jagung juga berpengaruh.
Menurut Abbassian, indeks harga gula kini naik mencapai rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Harga komoditas padi-padian juga naik, namun masih di bawah level April 2008. Minyak goreng dan lemak juga naik dan mendekati level 2008, sedangkan harga produk susu juga naik namun masih di bawah rekor 2007, demikian laporan FAO.
Menurut direktur pelaksana Bank Dunia, Ngozi Okonjo-Iweala, harga pangan saat ini masih rentan dan dikhawatirkan terus naik.
Perubahan pola makan di penjuru dunia juga mempengaruhi naiknya harga pangan karena menyebabkan bertambahnya permintaan. Situasi ini terjadi saat makin banyak warga di sejumlah negara, seperti China dan India, yang mengalami naiknya pendapatan. Maka, permintaan daging dan produk-produk pangan lain pun bertambah.
Masalahnya, tidak sedikit pula warga di berbagai negara yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka pun tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menghasilkan sumber-sumber pangan. Ini terjadi di banyak negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin. (hs)
VIVAnews