Minimnya kebijakan yang mendukung dan mendorong petani kecil di Asia dalam melakukan wirausaha, akan melemahkan pengembangan usaha yang dirintis dan dikelola oleh petani. Pada saat yang sama, terbatasnya peraturan yang efektif terkait dengan kesepakatan antara produsen kecil (petani kecil) dan pihak lain juga menciptakan masalah bagi petani, baik laki-laki maupun perempuan. Di banyak negara di Asia, petani sedang ramai menjalin berbagai kesepakatan dengan pihak swasta. Misalnya, kontrak tanam dengan investor. Dalam kontrak tanam, seringkali petani harus menanggung ongkos gagal panen sehingga banyak petani malah terjerumus dalam hutang kepada investornya. (Jakarta, 24-25 Agustus 2015)
Petani berhadapan dengan banyak persoalan yang membatasi produksi dan potensi pendapatan mereka, termasuk perubahan iklim, penurunan kualitas tanah, penggunaan input pertanian kimia yang berlebihan dan berbahaya, serta kurangnya pengairan/irigasi. Semua persoalan ini membuahkan produksi dan pendapatan petani yang rendah, membatasi kesempatan sukses petani dalam berwirausaha/bisnis.
Dengan melibatkan berbagai pihak yang menyediakan jasa pelayanan terkait kewirausahaan berbasis pertanian, seperti dalam tata produksi, tata kelola organisasi usaha, dan pemasaran produk pertanian, hal ini dapat membawa peningkatan pendapatan petani baik laki-laki maupun perempuan, dan berujung pada peningkatan kesejahteraan dan standard hidup petani.
Aliansi Petani Indonesia (API) bersama Asian Farmers’ Association (AFA) telah mengadakan studi pemetaan organisasi-organisasi petani nasional dalam meningkatkan kualitas pelayanan mereka kepada anggota yang menjalankan wirausaha untuk mendukung kepada peningkatan pendapatan anggota/petani. Pemetaan tersebut telah dilakukan pada Juni-Agustus 2015 terhadap Aliansi Organis Indonesia (AOI), Bina Desa, Serikat Petani Indonesi (SPI), Wahana Masyarakat Tani Nelayan Indonesia (WAMTI), dan Aliansi Petani Indonesia (API).
Sebagai salah satu anggota AFA, API dengan sebagian anggotanya yang sudah menjalankan wirausaha berbasis pertanian menganggap studi pemetaan terhadap organisasi-organisasi petani di tingkat nasional sangat penting dilakukan. Sehingga pada gilirannya, kegiatan pemetaan yang kemudian disusul dengan “Workshop Pembelajaran” di tingkat nasional dan regional ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa capaian.