Meningkatnya kesadaran konsumen mengenai pangan yang aman bagi kesehatan dan tidak merusak lingkungan, mendapat sambutan positif dari para petani. Hal ini tampak dari meningkatnya kesadaran para produsen itu (petani) untuk beralih dari pertanian konvensional yang sarat bahan kimia ke pertanian alami yang ramah dan menyehatkan, baik produsennya sendiri, konsumen, dan lingkungan hidup.
Kelompok Tani-Ternak Alami Terpadu Istiqomah, yang berada di Dusun Pesantren, Desa Merden, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah telah lebih dari lima musim mempraktikkan pertanian alami pada padi. Jenis-jenis padi yang ditanam di antaranya menthik wangi dan sintanur, beras yang dihasilkannya adalah beras putih, merah, dan hitam. Mereka juga membuat sendiri semua input produksi yang dibutuhkan secara alami.
Menurut koordinator kelompok tani tersebut, Ibu Mubayyinah Jauhari (54), beras organik yang mereka hasilkan telah dipasarkan hingga ke Cilacap, Purwokerto, Semarang, dan Jakarta. Seringkali mereka belum dapat memenuhi permintaan konsumen.
Anggota kelompok kami beserta keluarganya harus mengkonsumsi beras organik ini terlebih dahulu, jelas perempuan yang mengkoordinir 18 anggotanya kepada Aliansi Petani Indonesia (API). Petani harus sehat lebih dahulu, jika beras berlebih baru kami jual ke konsumen. Kami juga tidak ingin memberi racun kepada konsumen.
Kerja Sama untuk Modal Kerja dan Sertifikasi Organik
Praktik pertanian alami yang dilakukan Kelompok Istiqomah ini sampai juga beritanya hingga ke Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang berada di Bogor, Jawa Barat. Lembaga yang bergerak di bidang pengembangan pertanian organik ini pun tertarik menjalin kerja sama dengan Kelompok Istiqomah melalui fasilitasi API. Salah satu program yang akan sedang dan akan dilaksanakan bersama Kelompok Istiqomah adalah Dana Bergulir untuk modal kerja kelompok dan program Penjaminan Mutu Organis (PAMOR).
Pada 11-12 Januari 2011, Tim AOI berkunjung ke Desa Merden untuk mensosialiasasikan program PAMOR tersebut kepada beberapa kelompok tani yang berada di Kabupaten Banjarnegara. Dalam pertemuan tersebut hadir sekitar 50 orang perwakilan petani dari beberapa kabupaten tetangga, seperti Kabupaten Banyumas, Kebumen, Purbalingga, dan Wonosobo. Mereka berasal dari berbagai latarbelakang, di antaranya petani padi, peternak ayam dan kambing, petani ikan nila dan gurameh, pembuat alat-alat pertanian sederhana, petani sayur, pendamping petani, bruh tani, perangkat desa, perwakilan dinas pertanian tingkat kecamatan, perwakilan konsumen organik, Koperasi Serikat Petani Indonesia (KSPI), dan sebagainya.
Peserta dari kelima kabupaten saling berbagi pengalaman bersama dalam diskusi hangat. Mereka sangat antusias mendapatkan penjelasan dari AOI tentang program PAMOR, mengingat program sertifikasi tersebut merupakan hal yang agak berbeda dari sistem sertifikasi yang telah mereka kenal sebelumnya. Hal ini terlihat ketika para peserta mendiskusikan apa dan bagaimana yang dimaksud organik itu, serta tindak lanjut apa pasca sosialisasi ini, seperti pemasaran produk pertanian organik mereka.
Sistem sertifikasi di PAMOR bersifat partisipatif, ujar Secipto dari Aliansi Organis Indonesia. Salah satunya, terlihat dari penentuan definisi organik. Kelompok sendiri yang memahami dan menentukan apa dan bagaimana budidaya pertanian organik itu. Bukan orang lain yang menentukan organik atau tidaknya pertanian kita.
Tim PAMOR AOI juga diajak berkeliling mengunjungi lahan persawahan yang dikelola oleh Kelompok Istiqomah. Karena selain dana bergulir yang akan dikelola Kelompok Istiqomah, budidaya pertanian yang dilakukan oleh kelompok ini rencananya juga akan mendapat pendampingan dan sertifikasi organik melalui program PAMOR AOI. Selain ke sawah, Tim sempat mengunjungi kolam pembudidayaan ikan gurameh dan nila, serta ke pabrik pembuat pelet ikan organik yang dikelola oleh salah seorang anggota kelompok Mina Aji, Banjarnegara. Tim mendapatkan penjelasan teknis bagaimana proses pembuatan pelet organik, budidaya ikan, pemasarannya, rencana perluasan usaha, pengorganisasian kelompok, dan sebagainya.
Tampaknya makin besar dan mantap tekad para petani di Banjarnegara untuk melakukan budidaya pertanian organik. Apalagi jika pemasarannya dapat dilakukan bersama kelompok dan mendapat fasilitasi dari organisasi pendamping yang ada, seperti yang diharapkan beberapa kelompok yang hadir dalam kegiatan di atas (disarikan dari laporan kegiatan ika/API/Januari 2011).