Doc: Taufik Hidayat
MTCP II – AFOSP INDONESIA
MELATIH KEWIRAUSAHAAN UNTUK PETANI MUDA
Payakumbuh 24 Oktober 2019
Membangun kepeloporan Petani Muda (Laki-laki/Perempuan) di dalam kewirausahaan untuk koperasi yang dipimpin oleh Petani di Pedesaan
Aliansi Petani Indonesia (API) dan Organisasi Petani, Serikat Petani Indonesia (SPI), Serikat Nelayan Indonesia (SNI), WMTI dan IPPHTI yang berkolaborasi dalam Platform MTCP-AFOSP menyediakan pelatihan kewirausahaan bagi petani muda yang tinggal di daerah pedesaan. Melalui pelatihan ini, para petani muda diharapkan mengenali potensi sumber daya pertanian yang tersedia di sekitar mereka, selanjutnya mereka bersama-sama organisasi petani mengembangkan layanan koperasi yang profesional, menguntungkan dan berkelanjutan
Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh sebagian besar petani di daerah pedesaan hanya mengandalkan budidaya (on-farm). Banyak petani kecil yang bekerja di pertanian hanya fokus pada budidaya. Mereka memiliki akses ke tanah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, bagian penting dari proses kegiatan pertanian harus meningkat atau setidaknya menambah nilai bagi pendapatan petani yang dimanfaatkan oleh pihak lain, seperti layanan pasokan input, pengolahan pasca panen dan pemasaran.
Banyak nilai manfaat ekonomi dalam proses kegiatan pertanian dapat dimanfaatkan oleh organisasi petani atau koperasi pertanian. Ini akan meningkatkan nilai tambah dan rantai nilai komoditas yang dibudidayakan oleh petani kecil di daerah pedesaan. Menyediakan layanan pasokan input produksi seperti pupuk, nutrisi tanaman adalah komponen yang memiliki proporsi 30% dari total biaya kegiatan pertanian.
Sementara dalam pengolahan pasca panen dan pemasaran memainkan peran penting dalam kegiatan produksi pertanian. Sektornya ini memberikan manfaat ekonomi 50% dari semua kegiatan pertanian. Dalam arti, sektor budidaya hanya menyediakan 20% dari semua nilai ekonomi dari kegiatan pertanian. Namun, sebagian besar petani kecil hanya memperhatikan kegiatan budidaya. Oleh karena itu, manfaat ekonomi di luar pertanian adalah lebih dimanfaatkan oleh pihak lain seperti tengkulak/perantara, pedagang, dan perusahaan pengolahan.
Namun, penggunaan nilai ekonomi di sektor pertanian didasarkan pada kemampuan kerja sama antara petani yang lebih kuat dan terarah. Pengembangan sistem kewirausahaan pertanian memiliki kegunaan yang lebih tinggi dan memiliki dampak positif pada peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku usaha pertanian di daerah pedesaan. Produksi produk pertanian yang sangat kompetitif akan memiliki manfaat ekonomi bagi petani yang dilihat sebagai interaksi sinergis yang dibangun dalam ekonomi pertanian. Dalam posisi ini keberadaan petani muda dalam koperasi pertanian / kewirausahaan sangat penting.
Doc: Taufik Hidayat
Struktur organisasi ekonomi masyarakat pedesaan selama ini adalah sangat rapuh. Ini tercermin dalam posisi pelaku ekonomi pedesaan yang tidak “memiliki” kekuatan yang cukup untuk melakukan posisi tawar dengan pelaku ekonomi di luar desa. Lemahnya posisi tawar tersebut disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kelemahan dalam pengorganisasian kelompok tani, penguasaan modal usaha, saling ketergantungan yang sangat timpang antara pelaku ekonomi pedesaan dan dari luar.
Peningkatan produktivitas budidaya pertanian tidak lagi menjadi jaminan bahwa hal itu akan memberikan keuntungan bagi petani tanpa kesetaraan pendapatan antara petani yang terlibat dalam sub-sektor buidaya pertanian dengan sub-sektor hulu dan hilir. Petani pemilik perkebunan kecil akan kesulitan menjual hasil panen mereka karena mereka tidak memiliki kekuatan dalam sistem pemasaran. Petani kecil biasanya menggunakan sistem penjualan hasil panen. Dengan sistem ini sebanyak 40% dari penjualan hasil panen petani menjadi milik tengkulak. Dampaknya pertumbuhan ekonomi pedesaan hanya bergantung pada hasil budidaya. Sementara itu, upaya untuk meningkatkan nilai tambah belum mendapat perhatian petani..
Peningkatan posisi tawar petani akan meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Problem mendasarnya adalah lemahnya posisi tawar (market power) petani sehingga lemah dalam negosiasi harga hasil produksinya. Lemahnya posisi tawar petani disebabka oleh kelembagaan ekonomi yang belum kuat, keberlanjutan dalam pasokan dan kualitas, informasi dan akses pasar, serta akses permodalan.
Kesetaraan pendapatan akan dicapai dengan meningkatkan posisi tawar petani. Hal ini dapat dilakukan jika petani terorganisir dengan baik dalam suatu lembaga ekonomi/Koperasi yang betul-betul dibangun sesuai dengan kebutuhan dan rencana usaha yang terukur. Penguatan petani harus lebih tertuju pada upaya membangun kelembagaan ekonomi yang kuat dan inklusif serta didukung dengan sumberdaya yang profesional.
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam membangun kelembagaan Ekonomi (Koperasi) yang dipimpin oleh petani adalah Mengenali Potensi dan kebutuhan petani, Sumberdaya profesional, rencana usaha, Partner, akses pasar dan permodalan. Tidak kalah penting adalah pendidikan untuk anggota, pemuda tani dan perempuan. Kunci keberhasilan dalam kelembagaan Usaha (koperasi) yang dipimpin oleh petani tidak hanya pada beberapa faktor tersebut. Namun, perubahan mainset dari petani dan pemuda petani dalam memandang potensi dan memanfaatkan peluang yang ada.
Kepeloporan (Pioneering) dari petani muda dari lima organisasi Petani dilatih untuk mendapatkan pengetahuan tentang Kewirausahaan di dalam koperasi yang dipimpin petani harus berfungsi. Mereka akan termotivasi untuk menjadi bagian dari tantangan baru untuk menjadi organisasi petani pertama di Indonesia dalam mendirikan koperasi yang dipimpin petani yang dikelola secara profesional.
Selama Pelatihan, para petani muda dilatih mengenai (1) Pengembangan inisiatif organisasi/koperasi mengelola nilai guna ekonomi berbasis pertanian, (2) mengembangkan Ide-ide Bisnis Koperasi petanian, (3) mengenali kekuatan Pasar (market Power) Berdasarkan Potensi usaha pertanian, (4) Mata rantai pertanian (value chain) dan biaya tiap rantai (cost of benefit), (5) Mengembangkan peluang pasar dan kerjasama antar kelompok Tani/Organisasi (horizontal clustering), (6) Mengembangkan Kanvas Bisnis Model untuk mengembangankan rencana Bisnis.
#Rifai