Indramayu, 11 Agustus 2024 – Koperasi Produsen Pertanian Indramayu (KPPI) menggelar acara pendidikan koperasi dari tanggal 9 hingga 11 Agustus 2024 di Sekretariat KPPI Indramayu, Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh pengurus dan anggota KPPI, termasuk Try (Ketua Koperasi), Nabila (Sekretaris Koperasi), Nur (Keuangan Koperasi), Ivan dan Suryadi (Pemasaran Produk), Sulaeman (Produksi Beras), Awan (Pengawas Koperasi), serta Toyib (Pengadaan Beras). Selain itu, turut hadir perwakilan dari DPP SPI dan NIA seperti Rifai dari NIA-API, Wahyudi Rakib (DPP SPI), dan Nafis dari Tim Komunikasi SPI.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh Try Utomo, Ketua DPC SPI Indramayu, diikuti dengan sambutan dari Wahyudi Rakib yang mewakili DPP SPI. Dalam acara ini, Rifai dari NIA menjelaskan mengenai Program Petani untuk Petani yang berfokus pada pengembangan koperasi pertanian melalui analisis rantai pasokan (supply chain) dan rantai nilai (value chain). Salah satu inisiatif yang disoroti adalah pemberian challenge fund sebagai stimulus bagi koperasi untuk mengembangkan usaha pertanian yang inovatif.
Pentingnya Rantai Pasok dan Nilai dalam Usaha Koperasi
Selama tiga hari pelatihan, para peserta mendalami teknik analisis bisnis koperasi menggunakan metode RDA (Rapid Diagnostic Appraisal) untuk menganalisis sumber daya secara cepat. Rifai menekankan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi koperasi adalah masalah administrasi bisnis yang sering kali belum optimal, mengakibatkan gangguan dalam operasional.
Rantai pasok dan rantai nilai menjadi fokus diskusi selama pelatihan, di mana peserta membahas bagaimana meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Rifai mencontohkan, gabah yang dihasilkan petani dapat diolah menjadi berbagai produk seperti tepung, beras, rengginang, hingga lontong, yang masing-masing memiliki nilai tambah tersendiri. Koperasi diharapkan mampu mengenali potensi produk beras yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Dalam diskusi, para peserta juga membahas pentingnya efisiensi dalam proses produksi dan distribusi beras oleh koperasi. Rifai menekankan bahwa dalam dunia usaha, koperasi harus mampu bersaing tidak hanya dari sisi harga, tetapi juga pelayanan, kualitas, dan strategi pemasaran. Selain itu, penting bagi koperasi untuk memetakan pangsa pasar dan memanfaatkan sumber daya dengan baik, termasuk dalam mengelola pergudangan dan penanganan pasokan.
Peta Rantai Nilai dan Tantangan di Masa Depan
Pada hari kedua dan ketiga, peserta fokus pada penyusunan peta rantai nilai beras agroekologi, mengidentifikasi aktor-aktor kunci mulai dari produsen hingga konsumen. Diskusi juga menyentuh pentingnya transparansi dalam rantai nilai, agar konsumen semakin memahami kondisi produsen dan nilai yang terkandung dalam produk yang mereka beli.
Sebagai contoh, Rifai menguraikan bagaimana program API memfasilitasi hubungan antara koperasi kakao di Bali dengan BT Cocoa, dengan tujuan memaksimalkan nilai premium produk melalui negosiasi yang adil. Konsep serupa bisa diterapkan oleh KPPI Indramayu dalam menjangkau pasar beras yang lebih luas dan memberikan nilai tambah bagi para petani.
Kegiatan pendidikan koperasi ini diakhiri dengan refleksi tentang bagaimana KPPI dapat memanfaatkan peluang bisnis di sektor pertanian sambil menghadapi tantangan persaingan dengan penggilingan beras lain. Para peserta sepakat untuk terus memperkuat kemampuan koperasi dalam menghadapi tantangan ekonomi dan memaksimalkan potensi wirausaha pertanian yang berkelanjutan.
Kegiatan pelatihan ini memberikan pemahaman mendalam bagi para peserta tentang strategi bisnis koperasi, manajemen rantai nilai, dan bagaimana menghadapi dinamika pasar yang terus berkembang.