Kamis, 10 Februari 2011
Petani tanaman pangan, terutama petani yang menanam padi, sering dihadapkan pada jatuhnya harga gabah saat panen. Pasar sistemik beras menjadi semacam alternatif untuk memberi kepastian harga kepada petani karena beras dari petani jelas akan tertampung dan terdistribusi.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Jaya Bersama Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, merintis pasar sistemik beras untuk mengatasi persoalan itu. Sebetulnya KPRI Jaya Bersama adalah koperasi milik pegawai negeri sipil (PNS) di Kubu Raya, yang sehari-hari mengurus kesejahteraan PNS. Namun, koperasi itu lalu mengembangkan kemitraan dengan kelompok tani untuk menciptakan pasar sistemik beras.
Kemitraan tidak hanya dilakukan dalam jual-beli gabah, tetapi juga pemberian kredit kepada petani melalui kelompok tani. Kami berposisi sebagai regulator sistem pasar beras dari hulu sampai hilir. Tujuannya menyediakan modal untuk petani dan membuat petani tidak kehilangan potensi pendapatan tatkala harga gabah jatuh saat panen, kata Ketua KPRI Jaya Bersama Ari Setiadi, Selasa (8/2).
Ari menambahkan, dengan terawasi dari hulu sampai hilir, tata niaga beras tak sepenuhnya bergantung pada harga pasar. Dalam pembinaan petani, KPRI Jaya Bersama bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kubu Raya mulai dari pengadaan sarana produksi padi hingga penanganan pascapanen.
Pada awalnya hanya PNS di Kubu Raya yang menjadi pembeli tetap dalam pasar sistemik itu. Kebutuhan beras untuk PNS Kubu Raya seluruhnya dipenuhi melalui KPRI Jaya Bersama. Walaupun penyaluran beras kepada PNS berfluktuasi, itu sudah memberi jaminan kepada petani yang bekerja sama dengan KPRI, kata Ari.
Tahun 2010, misalnya, pada Januari tersalur 4,22 ton beras kepada PNS. Namun, pada bulan Oktober mencapai 21,04 ton beras dengan harga beli Rp 7.000 per kg hingga Rp 8.500 per kg.
Raskin
Setelah PNS, kini pasar sistemik memperluas penyaluran, yakni ke Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat. Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalbar Muhammad Hasyim mengatakan, pihaknya sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya untuk menyediakan beras yang akan disalurkan oleh Perum Bulog kepada penerima beras untuk masyarakat miskin (raskin).
Untuk 2011, rencananya seluruh kebutuhan raskin Kubu Raya sebanyak 8.000 ton dipenuhi dari petani lokal. Kami masih menunggu instruksi presiden untuk membuat kontrak pembelian dengan koperasi pegawai negeri Kubu Raya. Rencananya sekitar 20.000 ton kebutuhan raskin tahun 2011 akan dipenuhi dari petani di Kubu Raya dan Sambas, ujar Hasyim.
Kebutuhan raskin Kalimantan Barat pada 2011 ini mencapai 62.000 ton. Dulu, kebutuhan raskin Kalimantan Barat dipasok dari Jawa dan Sulawesi. Dengan membeli beras petani lokal, dari segi ketahanan pangan pasti akan lebih bagus karena tidak terpengaruh cuaca saat pengiriman. Namun, yang lebih penting uang untuk raskin bagi masyarakat lokal itu beredar di tempat itu juga karena kami membeli beras dari petani, kata Hasyim.
Penciptaan pasar sistemik ini mulai dirasakan dampaknya oleh petani. Serapan gabah pascapanen lebih baik daripada panen tahun lalu. Pujimin (43), di Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, mengatakan, harga gabah basah tahun ini Rp 4.000 per kg. Harga beras dari tingkat petani juga sudah mencapai Rp 7.500 per kg, katanya.
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, pasar sistemik itu merupakan implementasi visi percepatan pembangunan sektor pertanian. Kubu Raya memiliki potensi pertanian yang bagus, tetapi harus ada sistem yang mengatur tata niaga sehingga petani bisa menikmati keuntungan, ujar Muda.(a handoko)