Kamis, 24 Februari 2011
JEMBER, KOMPAS – Memasuki musim panen raya, perusahaan penggilingan padi di Kabupaten Jember, Jawa Timur, tidak berani menyimpan stok gabah atau beras. Pasalnya, fluktuasi harga saat ini di tingkat petani berubah sangat cepat.
Candra Irawan, pengusaha penggilingan padi di Desa Sumberpinang, Kecamatan Pakusari, Jember, Rabu (23/2), mengatakan, baru kali ini harga gabah pada musim panen sangat tinggi. Harganya sampai di atas harga pembelian pemerintah yang dipatok Rp 2.460 per kilogram untuk jenis gabah kering panen.
Harga gabah di tingkat petani masih bertahan Rp 2.800- Rp 2.900 per kg untuk kualitas sontoran atau baru panen. Sementara harga beras kualitas medium versi perusahaan penggilingan Rp 5.700 per kg. Padahal, harga pembelian pemerintah untuk kualitas medium hanya Rp 5.060 per kg.
Adapun harga kualitas gabah kering panen dengan hampa kotoran di pasaran antara Rp 3.300 dan Rp 3.350 per kg. Saat ini, para pengusaha penggilingan padi ibaratnya makan beli. Artinya, dapat barang (beras/gabah) langsung dilempar ke pasaran tanpa ditimbun lebih dulu, ujar Candra.
Kepala Dinas Pertanian Jember Hari Widjajadi mengatakan, jika situasi harga gabah di tingkat petani tetap tinggi seperti sekarang, sulit bagi Bulog memperoleh gabah sesuai prognosa. Untuk memperoleh gabah, Bulog harus mengikuti harga pasar yang berlaku saat ini.
Tahun ini, Bulog Jember menargetkan pengadaan beras 89.000 ton. Untuk itu, 34 perusahaan penggilingan padi diminta membantunya sebagai pemasok.
Memborong
Kecenderungan naiknya harga gabah dan beras di Jember, kata Candra Irawan, dipicu mengalirnya pedagang dari luar daerah ke Jember membeli gabah, seperti dari Lumajang dan Banyuwangi. Selain itu, sudah telanjur merebak anggapan bahwa produksi gabah merosot karena cuaca ekstrem.
Hal itulah yang memicu pedagang atau perusahaan penggilingan padi memborong gabah sebanyak-banyaknya. (SIR)
http://cetak.kompas.com/read/2011/02/24/03490693/penggilingan.padi.tak.berani.simpan.stok