Jum’at, 11 Februari 2011
Jakarta, Kompas – Kontak Tani Nelayan Andalan memperkirakan, produksi padi pada musim panen rendeng tahun ini turun 5-10 persen. Hal itu akibat penurunan produktivitas tanaman padi. Sebagai kompensasi, petani meminta pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir menegaskan, dari hasil penelusuran KTNA, kondisi panen musim rendeng kali ini sama dengan 2010, terutama di Pulau Jawa. Sulit bagi Perum Bulog untuk bisa memenuhi target pembelian beras 3,5 juta ton kalau HPP (harga pembelian pemerintah) tidak naik, katanya di Jakarta, Kamis (10/2).
Mengacu data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, hingga akhir musim hujan Mei 2011, produksi padi ditargetkan 38,5 juta ton gabah kering giling setara 21,76 juta ton beras. Produksi beras hingga Mei mencapai 55,82 persen dari target 38,98 juta ton.
Menurut Winarno, penurunan produktivitas terutama terjadi karena kegagalan tanaman padi dalam penyerbukan akibat angin kencang dan hujan lebat. Fotosintesis juga terganggu karena kekurangan sinar matahari. Belum lagi petani kesulitan mengeringkan gabah meski pemerintah punya program bantuan alat pengering senilai Rp 500 miliar.
Jadwal kacau
Sebagai contoh, kekacauan jadwal tanam padi dialami petani padi di Desa Huluo, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Menurut Warni Hasan (50), seorang petani di desa itu, kekacauan jadwal tanam terjadi pada tahun 2010 saat cuaca tidak menentu.
Karena cuaca tidak menentu yang berdampak pada ketersediaan air, petani sekarang ini berbeda-beda memulai masa tanam dan panennya, kata Warni.
Sebagai gambaran, dalam kondisi iklim tidak bersahabat tahun lalu, produksi padi berdasar perkiraan Badan Pusat Statistik sesuai angka ramalan II hanya tumbuh 1,17 persen dari target peningkatan 3,2 persen atau 66 juta ton gabah kering giling. Pengusaha penggilingan skala kecil dan menengah juga mengeluhkan turunnya rendemen beras.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan, Bulog tetap akan mengacu Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan dalam pengadaan beras.
Hingga kemarin Bulog menandatangani kontrak pembelian beras 24.000 ton dan terealisasi 10.000 ton. Selain jalur pelayanan publik, Bulog juga akan membeli beras dari jalur komersial, maksimal 500.000 ton. (MAS/APO)