Minggu, 6 Februari 2011 | 16:44 WIB
Penulis: Caroline Damanik | Editor: A. Wisnubrata
JAKARTA, KOMPAS.com Anggota Dewan Ketahanan Pangan, Khudori, mengaku merasa ironis terhadap lisensi impor beras yang diberlakukan pemerintah. Pasalnya, pemerintah melalui Kementerian Pertanian merilis kenaikan produksi beras pada tahun 2010 sebesar 2,46 persen atau 65,8 juta ton gabah kering giling atau setara dengan 38,93 juta ton beras (rendemen 59 persen).
“Ironis, pemerintah bilang kita surplus beras, tetapi kok impor,” katanya di Kantor DPP PKB, Minggu (6/2/2011).
Menurut Khudori, Bulog mengatakan bahwa impor diperlukan karena cadangannya tinggal 900.000 ton. Sementara jumlah cadangan beras yang ideal mencapai 1,5 juta ton. Oleh karena itu, lisensi impor dilepas.
Namun, Khudori menegaskan, menurut hitung-hitungan surplus dikurangi kebutuhan beras nasional maksimal 35 juta ton saja, seharusnya surplus Bulog bisa mencapai 3,93 juta ton. Keadaan surplus dua kali lipat ini, ia melanjutkan, bisa dicapai apabila pemerintah mengizinkan Bulog membeli beras di luar harga pokok penjualan (HPP).
Khudori mengatakan, rendahnya cadangan beras Bulog saat ini memang karena Bulog tidak bisa membeli beras jenis medium dan premium dengan harga di luar HPP.
(Sumber :http://nasional.kompas.com/read/2011/02/06/16441226/Ironis.Surplus.Beras.tetapi.Impor)