Kamis, 10 Februari 2011
Bandar Lampung, Kompas – Kenaikan harga pada sejumlah komoditas pertanian, seperti beras dan cabai, sejak akhir tahun lalu ternyata tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini karena kenaikan harga komoditas pertanian diikuti kenaikan harga barang/jasa konsumsi yang jauh lebih tinggi.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung mencatat, indeks nilai tukar petani (NTP) di Lampung pada Januari justru turun. Indeks NTP di Lampung pada Januari tercatat 117,29 atau turun 0,69 persen dibandingkan pada Desember 2010. Ada tiga subsektor NTP yang menurun, yaitu tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.
Sepanjang Januari, harga beras asalan atau kualitas terendah di sejumlah pasar di Lampung masih tinggi, yaitu antara Rp 7.500 dan Rp 8.000 per kilogram (kg). Hal ini selaras dengan ting- ginya harga jual gabah di tingkat petani, yaitu rata-rata mencapai Rp 3.696,8 per kg. Harga cabai merah mencapai Rp 60.000 per kg.
Namun, harga barang-barang pabrikan serta bahan pangan lainnya, termasuk pertanian dan perikanan, juga naik tinggi. Pada Januari harga barang pabrikan naik 15-20 persen, harga ikan naik 50-70 persen, dan harga sayuran naik 50-90 persen.
Kenaikan harga tersebut menyebabkan inflasi pada Januari sebesra 0,83 persen. Bahkan, sepanjang 2010 inflasi di Bandar Lampung tercatat sebesar 9,95 persen. Tingginya laju inflasi ini menggagalkan petani menikmati tingginya harga gabah dan sejumlah komoditas hortikultura, kata Kepala BPS Lampung Mohammad Razif, Rabu (9/2), di Lampung.
Dia mengatakan, penurunan NTP tersebut tidak hanya terjadi di Lampung, tetapi juga di 12 provinsi dari 32 provinsi yang disurvei BPS. Penurunan terbesar terjadi di Papua, yaitu mencapai 0,93 persen.
Harga masih tinggi
Di Banda Aceh, harga beras masih tinggi, yaitu berkisar Rp 8.500 per kg. harga ini masih di atas harga normal beras di wilayah ini, yaitu antara Rp 6.000 dan Rp 6.400 per kg. Menurut Heri Salim (34), pedagang beras di Pasar Atjeh, Banda Aceh, kenaikan harga beras ini sudah berlangsung dua pekan terakhir.
Diperkirakan, harga beras masih akan naik menyusul kenaikan permintaan menjelang Maulud Nabi Muhammad SAW yang akan jatuh pada 15 Februari. Tetapi, secara umum, awal 2011 ini daya beli masyarakat cenderung turun. Harga barang-barang yang lain juga naik. Permintaan beras pun agak seret walaupun sedikit naik karena mau Maulud Nabi, ujarnya.
Di Karawang, Jawa Barat, harga gabah kering panen (GKP) cenderung menurun, dari Rp 3.600 per kg pada awal Januari, kini hanya Rp 3.000 per kg. Kondisi cuaca dan serangan hama penyakit menurunkan rendemen gabah dan membuat harganya tak optimal. Hal ini mengakibatkan pendapatan petani penggarap dan berlahan kurang dari 1 hektar tertekan.
Roskandi (49), petani di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, mengatakan, penurunan Rp 600 per kg membuat dia kehilangan potensi pendapatan hingga Rp 1,08 juta.
Rahman (62), petani penggarap di Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, mengatakan, sulit bagi petani penggarap lahan kurang dari 1 hektar untuk mendapatkan penghasilan layak. Tingginya harga kebutuhan hidup sering kali memaksa dia utang di awal musim karena hasil panen habis untuk menutup utang yang lalu.(JON/MKN/HAN/REK/SIN/ ARA/HEN)