Berdayakan Perdesaan melalui Pembagian Bibit Ternak
Presiden Jokowi diminta membantu penyebaran bibit ternak dan pangan.
Pasar tersedia, pemberian bibit akan mendatangkan hasil berlipat ganda.
JAKARTA – Pemerintah diminta menggencarkan program pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui pemberian bibit ternak seperti ayam dan sapi, serta bibit bahan pangan seperti palawija. Program pemberdayaan itu dinilai akan menguntungkan karena pembiayaannya akan mendatangkan hasil berlipat ganda.
Hasil saat panen juga akan meningkat tinggi karena kenaikan pendapatan dan pasarnya pasti tersedia. Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten, bisa menjadi pengelola program itu dan menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan karena pasarnya sudah terjamin Pemerintah provinsi (pemprov) dan pemerintah kabupaten (pemkab) tidak lagi bisa mengharapkan pemerintah pusat karena menteri-menteri terkait pangan terlihat tidak mengerti dan tidak peduli ketahanan serta kemandirian pangan.
Ketua Departemen Advokasi Aliansi Petani Indonesia (API), Ferry Widodo, mengatakan kenaikan harga bahan pangan tanpa kendali dan jauh dari realitas produsen pangan yang terus miskin seharusnya membuat negara sadar bahwa inti masalah ada pada perbaikan nasib masyarakat desa.
“Kalau desa didukung dalam produksi dan distribusi, dibantu cara menangani risiko, maka Indonesia akan bisa mewujudkan kedaulatan pangan,” kata dia saat dihubungi, Selasa (13/6). Akan tetapi, imbuh Ferry, para menteri bidang pangan banyak yang tidak mengerti tentang konsep kemandirian pangan.
“Mereka cuma bisa sibuk rent seeking dan mengurusi kepentingan partai yang menitipkan proyek,” kata dia. Menurut Ferry, persoalan daging sapi yang sekarang mengemuka, misalnya, sebenarnya sudah ada kebijakan yang mengantisipasi, yakni peternakan besar di NTT yang didukung oleh tol laut. Sayangnya, hal itu belum berjalan maksimal. Masalah apa yang membuat tidak berjalan, itu yang harus diselesaikan segera.
Sementara, pemerintah juga harus tahu bahwa peternakan masyarakat desa juga harus dikembangkan dengan pertanian. “Kita jangan berharap DKI bisa menyelesaikan masalah pangan sendiri. Pemprov di sekitarnya harus berinisiatif membangun sentra pangan dengan menyebar bibit ternak dan palawija.
Pak Jokowi diminta sebarkan bibit-bibit itu,” papar Ferry. Sebelumnya, pengamat pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya, Zainal Abidin, mengatakan guna meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus mengurangi kebergantungan impor daging sapi, pemerintah bisa segera menyebar bibit sapi ke seluruh wilayah Indonesia, terutama ke daerah yang akan dijadikan pusat peternakan nasional.
Provinsi di sekitar Jakarta, terutama Lampung, bisa dipersiapkan untuk menjadi sentra pangan, termasuk peternakan sapi, untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Apalagi, Lampung selama ini menjadi pemasok 40 persen kebutuhan pangan warga DKI Jakarta dan sekitarnya. Provinsi itu memiliki lahan yang memadai untuk digunakan sebagai sentra peternakan sapi, namun terhambat masalah permodalan.
Peran Pemerintah
Menurut dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus, untuk menekan impor daging pemerintah perlu melakukan impor bibit sapi hidup untuk menambah jumlah populasi sapi. Minimal 200 ribu ekor sapi bibit lalu disebar ke berbagai daerah agar populasi sapi bertambah.
Peraturan yang ada selama ini, perusahaan impor sapi bakalan diharuskan membawa sapi betina produktif. Pihak swasta melakukan impor bakalan dan membawa sapi betina produktif minimal 10 persen. “Pemerintah sebenarnya bisa memainkan perannya. Namun aturan ini tidak pernah dijalankan,” kata dia.
Sedangkan pengamat pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya, Ramdan Hidayat, menilai langkah penyebaran bibit ternak ke berbagai daerah bisa menjadi salah satu solusi mengatasi gejolak harga daging.
“Selain ketidakstabilan pasokan, penyebab harga daging adalah infrastruktur dan sarana angkut ternak saat itu belum memadai, dan peternakan masih terpusat di beberapa wialyah seperti Jawa Timur, NTB dan lainnya sehingga biaya distribusi berpengaruh pada harga. Dengan mendekatkan pembibitan ke pasar otomatis itu bisa memangkas ongkos,” jelas dia. YK/SB/WP
Sumber: http://www.koran-jakarta.com/berdayakan-perdesaan-melalui-pembagian-bibit-ternak/