KEDIRI, Jawa-timur 20/08/2014: kali ini kunjungan Vandana Shiva di Kediri tepatnya di Balai-desa kwadungan di Kecamatan ngasem. Dia juga mengunjungi beberapa tempat di Kediri untuk beberapa hari, setelah itu ia berencana akan melakukan kunjungannya lagi ke BALI setelah lawatannya beberapa hari yang lalu di jakarta pada Senin, 18 Agustus di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Saat ini Vandana Shiva di Kediri dalam sambutan acara yang dimulai dengan pertunjukan kesenian lokal ‘jaranan’ dan ada pameran pangan organik berbagai variates pangan di setiap stand tenda, sembari menikmati sambutan yang jarang ia jumpai “ itu potret kreatifitas yang disemai dalam budaya agraris” katanya. Setelah acara pembukaan berlangsung dia melakukan hal sama seperti kuliah umun, yaitu memberikan kuliah umum dan merespon kreatifitas lokal sebagai benang merah dihadapan tokoh dan masyarakat setempat pemerintah dan aktivis yang bergerak di sektor pertanian,
“Dalam aktifitas bertani, petani merawat kreatifitas dengan mengembangkan benih. Selama 14.000 tahun lebih, kreatifitas petani berhasil menggerakkan sebuah evolusi alam dan keranekaragaman hayati adalah hasil dari bibit perjuangannya. Namun zaman ini, kreatifitas itu dicoba berangus oleh lima perusahaan dunia yang ingin memonopoli benih. Mereka ciptakan sistem dimana petani harus membeli benih dari mereka(korporasi), justru itu semakin memiskinkan atau pemiskinan terhadap petani. Vandana Shiva mencontohkan di negaranya “Di India, ada 300 petani yang bunuh diri karena terlilit hutang untuk membeli benih. Setelah itu ia menggerakan tangannya lalu tertuju untuk menunjuk pada aneka hidangan yang ada didepannya ‘pisang yang ada di atas meja ini, pisang yang ketika mentah berwarna putih, berubah menjadi kuning setelah direbus, dan menjadi merah ketika dijadikan Getuk-pisang, perubahan warna itu menunjukkan perubahan senyawa kimia di dalamnya. Pisang rebus yang berwarna kuning berarti kaya beta-karoten, dan getuk yang merah berarti kaya zat besi, itu adalah warisan kecerdasan setempat masyarakat petani.
Sementara nun jauh di sana ada dua orang, tuan(pengusaha) dale dan Gates, menghabiskan trilyunan dana mereka dan mencoba membuat pisang yang kaya beta karoten dan zat besi. Pongah mereka sampaikan kepada dunia, ‘Hanya kami yang bisa. Petani terlalu bodoh untuk melakukannya.’ Ada baiknya petani Indonesia bersurat kepada mereka, menunjukkan sudah ratusan tahun kita berhasil melakukan apa yang mereka coba.
MNC benih berusaha merebut hak pangan kita, hak benih kaum petani. Jika dahulu kolonialisme dan imperialisme digerakkan oleh isu rempah, hari ini yang menggerakknnya adalah benih. Kissinger pernah katakan dalam perang Vietnam, ‘Pangan adalah Senjata.’
oleh karena itu mengendalikan benih adalah mengendalikan pangan dan mengendalikan masyarakat.
Vandana Shiva mengapresiasi para petani Indonesia yang telah berhasil mempertahankan haknya atas kreatifitas membudidayakan benih (merespon judicial review di MK nomor 12 tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman). Merayakan hak atas kreatifitas adalah merayakan kemerdekaan. Dia senang melihat kebun-kebun petani di Jawa yang ditanami aneka tanaman, tidak ada monokultur, karena keragaman tanaman kebun keluarga berkorelasi dengan kedaulatan pangan.
Terakhir Vandan Shiva menyampaikan pesan untuk Kaum tani tetap bergerak, jangan sampai terulang tragedi 300 petani seperti di India. Konsekuensi lain dari hilangnya keragaman pangan adalah banyaknya penyakit yang disebabkan pangan: diabet, kanker, dll. Keanekaragaman pangan adalah solusi kesehatan dan juga solusi masalah kemiskinan.