4 Desember 2021, Sabtu sore pukul 15.15 WIB masyarakat di sekitar Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, harus berhamburan ke luar rumah untuk mencari tempat yang aman. Gunung dengan ketinggian 3.676 meter tersebut memuntahkan awan panas dan abu vulkanik. Hal ters
ebut setidaknya menyebabkan kerusakan di beberapa dusun sekitar Gunung Semeru. Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang dan Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh merupakan dua desa di mana anggota Aliansi Petani Indonesia (API), yakni Serikat Petani Mahameru Lumajang (SPML) menetap, hancur lebur. Di sana terdapat sekitar 630-640 Kartu Keluarga (KK) yang tinggal. Sekitar 340 KK rumahnya rusak berat dan sudah tidak layak untuk ditempati.
Tidak hanya kerusakan rumah dan benda-benda, erupsi Gunung Semeru juga menelan korban jiwa. Menurut data yang dilansir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis 9 Desember 2021, terdapat 43 korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru, 10 orang diantaranya merupakan anggota SPML. Sementara itu, masyarakat yang mengalami luka-luka ada 104 orang, yang mana sebanyak 32 orang mengalami luka berat dan 82 lainnya luka sedang.
Atas dasar itu, API selaku organisasi nasional yang memayungi serikat- serikat petani anggotanya, dalam menyediakan akses informasi dan menfasilitasi pengembangan kapasitas petani merasa harus bersolidaritas dan membantu korban yang terdampak erupsi Gunung Semeru. Terlebih, dalam bencana alam tersebut, beberapa anggota API Jawa Timur, menjadi salah satu korban yang terdampak. Selain itu, tanah garapan mereka pun terancam gagal panen. Terdapat pula anak-anak, perempuan, dan masyarakat yang mengalami trauma dan membutuhkan penyembuhan paska erupsi Gunung Semeru.
Mohammad Izzuddin, salah satu relawan mengatakan, API bersama-sama dengan organisasi lainnya seperti Pekerja Seni Malang Raya (Wayang Wolak-Walik dan Wayang Suket), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Yayasan Alit, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Islam Malang (UNISMA), dan IKA Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Malang melakukan solidaritas dan untuk membantu proses pemulihan paska erupsi Gunung Semeru. Izzuddin juga mengatakan, posko bersama telah didirikan guna membantu masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
“Dengan asas kemanusian, kami juga menekankan dan melakukan upaya pendampingan terhadap korban-korban yang terdampak,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan di dalam posko bersama tersebut juga menerima solidaritas anggota sesama petani. “Setidaknya Petani dari Jember, Probolinggo, dan Bojonegoro telah membantu memberikan solidaritas berupa bantuan logistik,” tutur Izzuddin.
Untuk saat ini, menurut Izzuddin, ia bersama dengan organisasi lainnya akan melakukan assesment untuk membenahi data dari masing-masing posko pengungsian sambil mengidentifikasi antar anggota SPML. “Sampai saat ini dari data yang dihimpun, anggota API mengungsi di tiga desa yaitu, Sumbermujur, Penanggal, dan Candipuro,” tuturnya.
Senada dengan Izzuddin, Mariyati Ketua SPML menyampaikan, hal yang paling dibutuhkan saat ini untuk para korban adalah penyembuhan trauma paska erupsi. Selain itu, bantuan untuk pemulihan ekonomi juga sangat dibutuhkan, sebab selain rumah mereka yang rusak, petani juga mengalami gagal panen.
Penghitungan kerugian yang dilakukan oleh SPML ada sekitar 30 hektar tanaman padi yang gagal panen. Dalam 1 hektar bisa menghasilkan 5.000 kg gabah dengan harga per kilo sebesar Rp 4.000. Maka, kerugian gagal panen petani SPML sejumlah Rp600.000.000.
Untuk tanaman selain padi perlu divaluasikan sebagai gambaran kerugian anggota dari lahan garap yang tidak bisa di panen, belum lagi kerugian material rumah rusak parah.
Hingga, 9 Desember 2021, akibat dari erupsi Gunung Semeru, masyarakat sekitar harus tinggal di pengungsian. Rumah-rumah mereka mengalami kerusakan sedang hingga parah. Selain itu, masyarakat juga mengalami trauma paska erupsi gunung tersebut. Akibatnya, lokasi pengungsian juga mengalami peningkatan. Ada 7411 jiwa yang mengungsi di 121 posko pengungsian yang terbagi di beberapa titik di 22 kecamatan.
Sementara itu, kerusakan dan kerugian yang dihimpun meliputi 31 fasilitas umum terdampak, hewan ternak sapi 764 ekor, kambing/domba 648 ekor, dan unggas 1.578 ekor.
Untuk membantu meringankan kerugiaan, hingga saat ini API masih membuka donasi publik bagi masyarakat yang ingin membantu korban-korban erupsi Gunung Semeru. Adapun masyarakat yang ingin membantu bisa langsung menyalurkan melalui nomor rekening BNI 0430113050 atas nama Sugiono.
Penulis: Uly Mega Septiani