Ketergantungan pasar daging indonesia pada pasokan import menyebabkan pasar sangat rentan dipermainkan. Dalam 2 minggu terakhir, tanpa alasan yang jelas tiba-tiba saja daging sapi hilang dari pasaran yang menyebabkan kenaikan tak terkendali, mencapai Rp100 ribu per kilogram.
Antisipasi yang dilakukan kementan dengan cara menyediakan 22 ribu ton daging sapi dari tambahan pasokan tersebut sebanyak 17 ribu sapi, diambil dari asosiasi penggemukan sapi lokal dan sisanya sebanyak 5 ribu ekor sapi dipasok dari pusat peternakan sapi di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Tindakan ini memang akan meredakan untuk sementara, tetapi jika dilihat dari konsumsi masyarakat
Selama ini, konsumsi daging sapi per bulan ditaksir mencapai 7 ribu ton. Artinya, 22 ribu ton tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan daging sapi selama tiga bulan ke depan.
Awal mula kisruh daging sapi dapat dilihat dari pelarangan (kuota) import sapi dari Australia. Pelarangan ini bertujuan untuk melindungi pasar sapi local sehingga mampu bersaing. Namun pasar yang dipegang oleh para pemain besar justru menyebabkan harga sapi local turun sekalipun harga daging sapi tetap dalam harga tinggi.
Target swasembada sapi yang dicanangkan dapat tercapai pada tahun 2014 dapat dipastikan melemah apabila pemerintah tidak bisa mengendalikan pemain besar, mafia dan importer yang sangat terpengaruh dari target tersebut.
Hal ini terjadi karena pemerintah tidak serius memperhatikan sector hulu, yaitu peternakan sapi, dan tidak memperhatikan secara serius kebutuhan sebenarnya dari konsumsi masyarakat. Kelemahan ini dimanfaatkan betul oleh mafia tata niaga sapi sehingga pemerintah kelimpungan ketika mereka melakukan manuver di pasar.
Menurut data BPS, hasil sensus sapi potong menyebutkan bahwa populasi sapi lokal di Indonesia rata-rata 14,6 juta ekor per tahun. Jumlah tersebut berdasarkan cetak biru swasembada daging yang diklaim sudah mampu memenuhi kebutuhan lokal.
Jika dilihat dari berita yang disampaikan Juli-Agustus, setelah pemerintah membuka kran 7.000 ton daging sapi import dengan asumsi kebutuhan untuk ritel dan restoran sangat kurang, yang juga lebih spesifik kebutuhan tersebut pada jenis CL85 dan CL65. Maka tidak terlihat krisis daging sapi akan terjadi pada bulan November. Hal ini terjadi karena, selain pasokan tambahan import, produksi sapi nasional juga terus tumbuh.
Selain itu, kementan menginformasikan bahwa kebutuhan daging segar non industri surplus 20 ribu ton periode Juli sampai Agustus 2012. Sedangkan total kebutuhan dan produksi daging sapi periode Juli-Agustus 2012 berdasarkan catatan Kementan surplus 16.583 ton dengan kebutuhan 83.754 ton dan produksi 92.145 ton. “Jadi neraca donmestik daging sapi Juli-Agustus 2012 surplus 16.583 ton,”
terlihat jelas bahwa kekuatan pasar sangat dominan sehingga neraca laporan pemerintah ini menjadi sia-sia, yang mengakibatkan masyarakat kembali dirugikan.
dari berbagai sumber